Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret konsol Ouya
potret konsol Ouya (pixabay.com/janeb13-725943)

Intinya sih...

  • Ouya didanai melalui Kickstarter dengan sukses besar, menciptakan ekspektasi tinggi.

  • Konsol game ini menggunakan sistem operasi Android dan dijual dengan harga lebih murah dari pesaingnya.

  • Antusiasme awal yang tinggi meredup karena kualitas hardware buruk, kontroler bermasalah, dan katalog game yang minim.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika pertama kali diumumkan pada 2012, Ouya digadang-gadang sebagai konsol revolusioner yang akan mengguncang industri game. Mengandalkan sistem operasi Android dengan harga murah, konsol ini berhasil mengumpulkan dana besar dari Kickstarter. Namun, harapan besar itu berubah menjadi kekecewaan setelah perilisannya.

Ouya lebih dikenal sebagai salah satu konsol paling gagal dalam sejarah. Meski sempat menarik perhatian gamer dan media, berbagai kelemahan membuatnya cepat ditinggalkan. Yuk, bahas delapan fakta menarik yang menunjukkan bagaimana Ouya bisa menjadi konsol game terburuk yang pernah ada di industri game!

1. Dibiayai oleh perusahaan Kickstarter

logo Kickstarter (kickstarter.com)

Ouya memulai perjalanannya pada 2012 melalui platform crowdfunding Kickstarter. Proyek ini diprakarsai oleh Julie Uhrman. Hanya dalam waktu sebulan, proyek ini berhasil meraih lebih dari 8,5 juta dollar AS. Ini menjadikannya sebagai salah satu kampanye pengumpulan dana paling sukses di masanya. Keberhasilan awal ini menciptakan hype luar biasa dan menumbuhkan ekspektasi bahwa Ouya akan menjadi konsol revolusioner

2. Konsol game dengan sistem operasi Android

ilustrasi maskot Android (pixabay.com/dassel-989431)

Konsol ini dibangun di atas sistem operasi Android, sehingga memudahkan developer indie untuk membuat dan merilis game. Ouya juga menerapkan kebijakan unik, yakni semua game harus gratis untuk dicoba sebelum pemain memutuskan membeli versi penuh. Ide ini terdengar menarik, tetapi realisasinya banyak game terasa seperti versi porting dari mobile tanpa inovasi berarti.

3. Dijual dengan harga lebih murah dari konsol pesaing

ilustrasi mengumpulkan uang (unsplash.com/@towfiqu999999)

Dibanderol dengan harga sekitar 99 dollar AS, Ouya menawarkan konsol yang jauh lebih murah dibanding pesaingnya seperti PlayStation 4 atau Xbox One. Strategi harga rendah ini ditujukan agar lebih banyak orang dapat menjangkaunya. Sayangnya, harga murah tersebut sebanding dengan kualitas perangkat keras serta pengalaman bermain yang dinilai kurang memuaskan.

4. Controller berkualitas rendah dan bermasalah

ilustrasi bermain game (unsplash.com/@sammywilliams)

Salah satu kelemahan terbesar Ouya adalah stiknya yang sering dikritik. Banyak pengguna mengeluhkan tombol yang tidak responsif, D-pad yang buruk, serta build quality yang terasa murahan. Hal ini membuat pengalaman bermain menjadi frustasi, bahkan sebelum mempertimbangkan kualitas gamenya.

5. Katalog game yang minim membuat Ouya kurang menarik

ilustrasi bermain game (unsplash.com/@glenncarstenspeters)

Meski digadang-gadang sebagai rumah bagi game indie, kenyataannya katalog game Ouya sangat terbatas. Sebagian besar judul hanyalah porting dari game Android yang sebenarnya lebih nyaman dimainkan di smartphone. Minimnya judul eksklusif membuat gamer tidak memiliki alasan kuat untuk membeli konsol ini.

6. Antusiasme menurun dengan cepat karena tak sesuai ekspektasi

ilustrasi orang bermain game (pexels.com/@cottonbro)

Pada awalnya, banyak gamer dan media tertarik mencoba konsol baru ini karena konsepnya terdengar segar. Namun, begitu produk resmi meluncur, kritik bermunculan. Konsol ini dikritik karena kualitas hardware hingga game yang mengecewakan. Hype yang sempat besar akhirnya meredup dalam waktu singkat, bahkan sebelum Ouya sempat berkembang.

7. Hanya bertahan selama dua tahun di pasaran

ilustrasi penjualan (unsplash.com/@purzlbaum)

Setelah resmi diluncurkan pada 2013, penjualan Ouya tidak mampu memenuhi harapan. Konsol ini hanya bertahan sekitar dua tahun di pasaran sebelum akhirnya aset dan teknologinya diakuisisi oleh Razer pada 2015. Setelah itu, dukungan resmi terhadap Ouya dihentikan sepenuhnya.

8. Menjadi contoh proyek crowdfunding yang gagal

ilustrasi crowdfunding (freepik.com/rawpixel)

Hari ini, Ouya sering dijadikan contoh kegagalan proyek crowdfunding berskala besar. Gagalnya Ouya menunjukkan bahwa hype dan dana besar tidak selalu menjamin kesuksesan sebuah produk. Dari konsol yang dulunya disebut-sebut bakal merevolusi industri game, Ouya justru lebih diingat sebagai salah satu konsol terburuk sepanjang masa.

Kegagalan Ouya disebabkan oleh kualitas hardware buruk, kontroler berkualitas rendah, dan katalog game yang minim. Antusiasme awal dari Kickstarter tidak mampu bertahan karena konsol ini tidak memberikan pengalaman berbeda dari perangkat Android. Akhirnya, Ouya menjadi pelajaran berharga bahwa hype besar tanpa dukungan ekosistem kuat hanya akan berujung pada kegagalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team