Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Iron Man
Iron Man (dok. Marvel Studios/Iron Man 3)

Intinya sih...

  • Iron Man sulit diadaptasi ke dalam game open world. Itu karena kemampuan terbang Iron Man membuat peta terasa sempit dan kurang imersif.

  • Kekuatan Iron Man yang otomatis bisa membuat mekanisme gameplay mudah terasa membosankan dan repetitif jika tidak dieksekusi dengan baik.

  • Supervillain orisinal Iron Man kurang ikonik. Tony Stark sebagai protagonis yang kompleks juga sulit diadaptasi ke dalam game superhero pada umumnya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Beberapa tahun terakhir menjadi era kejayaan superhero. Berkat suksesnya waralaba film superhero, seperti MCU, popularitas superhero makin melonjak. Tak ayal, banyak game superhero yang kemudian sukses, contohnya waralaba Batman Arkham, Marvel's Spider-Man, dan Injustice.

Anehnya, tidak pernah ada developer yang mencoba menggarap adaptasi Iron Man. Padahal, superhero berzirah canggih tersebut menjadi salah satu superhero terpopuler saat ini. Yang terbaru, hanya ada game virtual reality (VR) Marvel's Iron Man (2020) yang diproduksi. Game Iron Man yang pernah diproduksi pun tidak ada yang sukses besar. Kalau dipikir-pikir, secara konsep game Iron Man terbilang sulit digarap, lho! Kok bisa? Temukan jawabannya di bawah ini!

1. Iron Man yang bisa terbang membutuhkan peta open world yang masif

Iron Man terbang dengan kecepatan tinggi. (dok. Marvel Studios/Iron Man 3)

Alasan utama kenapa waralaba Batman Arkham dan Marvel's Spider-Man sangat sukses karena adanya fitur open world. Ini memberikan pengalaman imersif seolah kamu adalah superhero yang tengah berpatroli mengelilingi kota. Sayangnya, fitur open world bakal sulit diimplementasikan untuk superhero yang bisa terbang seperti Iron Man.

Dengan kemampuan terbang, ia bisa mengeksplorasi semua peta dalam sekejap. Belum lagi, Iron Man bisa terbang ke batas tepi peta. Ini membuat game terasa sempit. Kalau ingin mengadaptasi superhero yang bisa terbang sebagai game open world, dibutuhkan dunia yang luas. Kalau dipaksakan membuat peta masif tanpa bujet memadai, dunianya akan terasa kosong dan tidak imersif.

2. Kekuatan Iron Man bagai pisau bermata dua, bisa kompleks ataupun repetitif

gameplay Marvel's Iron Man VR (dok. Camouflaj/Marvel's Iron Man VR)

Kekuatan utama Iron Man adalah zirah supercanggih yang dilengkapi segudang persenjataan modern. Ia memiliki senapan, tembakan laser, bahkan rudal. Zirah Iron Man juga dilengkapi jet pendorong, pemindai, dan tentunya AI canggih bernama Jarvis.

Kalau dieksekusi dengan baik. Ia bisa menjadi game third/first person shooter yang seru dan adiktif. Namun, karena semua persenjataan Iron Man terbilang otomatis, eksekusi yang kurang maksimal bakal membuat mekanisme gameplay-nya mudah terasa membosankan dan repetitif.

Lihat saja gameplay game Marvel's Iron Man VR. Ia tertolong dengan pengalaman VR yang membuatnya lebih imersif. Padahal, kalau dimainkan berlama-lama, kombatnya terasa repetitif. Apalagi, tipe musuhnya juga identik.

3. Supervillain orisinal Iron Man kurang ikonik

Iron Man vs. Iron Monger (dok. Marvel Studios/Iron Man 3)

Beda dengan supervillain komik Batman dan Spider-Man yang sangat populer, supervillain orisinal dari Iron Man bisa dikatakan kurang memorable. Ini membuat pengembang menjadi ragu. Supervillain populer dari komik Marvel biasanya datang dari komik crossover, seperti Thanos, Kang the Conqueror, Doctor Doom, dan Magneto. Skala mereka terlalu tinggi untuk dilawan Iron Man seorang diri. Sebab, butuh kerja sama tim superhero, seperti Avengers dan X-Men, untuk mengalahkan mereka.

Supervillain orisinal, seperti Whiplash, Iron Monger, dan Crimson Dynamo, kurang populer. Apalagi, mereka juga memiliki zirah canggih yang membuat mereka terlalu identik dengan Iron Man. Trilogi film Iron Man sendiri gagal mengangkat supervillain dari waralaba ini menjadi karakter ikonis.

4. Tony Stark adalah protagonis yang kompleks dan sulit diadaptasi

Tony Stark (dok. Marvel Studios/Iron Man)

Superhero seperti Captain America, Spider-Man, dan Superman memiliki sifat patriot dan bermoral tinggi yang cocok jadi bahan protagonis sebuah game. Namun, Iron Man berbeda. Tony Stark adalah karakter kompleks. Ia bukan karakter suci dan bermoral tinggi. Bahkan, beberapa kali ia mengalami dilema moral. Tony Stark juga merupakan playboy yang suka main hati. Ini membuatnya cukup tricky kalau dijadikan protagonis game superhero pada umumnya.

Apalagi, karakter Iron Man sudah sangat melekat dengan aktor Robert Downey Jr. itu artinya, pengembang harus punya standar tinggi untuk mengadaptasi karakter ini kalau tidak ingin dibandingkan dengan versi sang aktor ikonik tersebut. Tentunya, ini menjadi PR yang berisiko tinggi.

5. Rekam jejak game Iron Man suram, bahkan ada yang batal diproduksi dan punya rating jelek

gambar konsep game Iron Man yang batal diproduksi (dok. Avalanche Studio/Iron Man)

Usut punya usut, ternyata game Iron Man sempat dikembangkan oleh Avalanche Studio. Pengembang dan penerbit yang terkenal lewat waralaba Just Cause tersebut menjanjikan game Iron Man dengan fokus pada mekanisme kombat jarak dekat dan fitur open world yang memungkinkanmu terbang ke mana saja. Sayangnya, proyek tersebut akhirnya dibatalkan pada 2012.

Menurut perkataan sang co-founder Avalanche Studio, Christofer Sundberg, dalam wawancara bersama MinnMax pada 2022 lalu, Disney memberikan tenggat yang tidak masuk akal dan bujet yang kurang memadai. Avalanche Studio memilih mundur ketimbang memaksakan untuk menyelesaikan game ini. Sebelumnya, Activision juga membatalkan game Iron Man pada 2003 lalu. Selain itu, dua game adaptasi film MCU dengan nama yang sama, yakni Iron Man (2008) dan Iron Man 2 (2010), juga mendapat ulasan yang biasa saja. Ini membuat developer mikir dua kali untuk mengadaptasi Iron Man kembali ke platform next-gen.

Terlepas dari beberapa tantangan di atas, sebuah game Iron Man kini tengah dikembangkan oleh EA dan Motive Studio. Diumumkan pertama kali 2022 lalu, belum ada kabar lagi tentang perkembangan game ini. Semoga EA segera memberi kepastian lewat berita dan trailer baru, ya! Pasalnya, ini bisa menjadi game solo Iron Man AAA pertama di konsol next-gen!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎