Pemain bertempur di atas kapal dalam game Expeditions: Rome. (dok. Logic Artists/Expeditions: Rome)
Penulis mengakui bahwa mekanisme gameplay yang diterapkan dalam game ini cukup beragam dan variatif. Menerapkan taktik perang tidak bisa dilakukan dengan serampangan karena itu berdampak buruk bagi sekelompok pasukan yang kita pimpin. Pada awalnya, gamer akan diberikan kebebasan dalam memodifikasi karakter.
Layaknya RPG lain, kita akan ditugaskan untuk menentukan karakter, model, jenis kelamin, kelas, keterampilan, dan lain sebagainya. Nah, selain itu, kita juga bisa ditemani dengan beberapa tokoh tambahan yang nantinya bisa menjadi kawan politik kita. Satu hal yang penulis cukup kagumi dari mekanismenya adalah cara developer meramu semuanya menjadi begitu masif dan elegan.
Kenapa masif? Itu karena kita akan bertualang di banyak wilayah, sebut saja Afrika, Eropa, Amerika Latin, Yunani, dan tentu Romawi itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa menurut sejarah, wilayah jajahan Romawi di masa lalu memang sangat luas. Tak cukup sampai di situ, gamer juga akan dihadapkan pada begitu banyak pilihan dalam narasi.
Setiap pilihan narasi yang kita ambil akan berdampak pada jalan cerita dan plot secara keseluruhan. Adanya sistem loot, craft, dan equip makin membuat Expeditions: Rome kental dengan RPG aksi. Makin lama kita memainkannya, makin tinggi pula level yang didapatkan. Jika sudah begini, berbagai macam senjata dan peralatan bisa digunakan untuk menemani kita di medan pertempuran.
Apakah game ini murni berjalan pada genre RPG? Bagi penulis, tidak seluruhnya. Artinya, RPG yang ada dalam game ini akan dikombinasikan dengan elemen lain, seperti strategi, party-based (pertarungan berkelompok), bahkan berdesain turn-based strategy. Gabungan dari banyak elemen ini yang menjadikannya kaya dan makin megah.
Namun, dengan segala kelebihannya, ada kalanya peperangan yang dirasakan masih tidak begitu intens layaknya banyak game sejenis. Dalam beberapa kasus, pertempuran yang dihadapi penulis justru terasa agak membosankan. Alih-alih mirip dengan cara yang diterapkan pada Total War, game ini justru memiliki sistem aksi yang agak monoton.
Prajurit pemanah juga sering melakukan kesalahan. Belum lagi ketika kita memerintahkan pasukan kita untuk menyerang, mereka justru melakukan gerakan yang membingungkan. Entah ini bug atau glitch, jika developer tidak memperbaikinya, game ini malah akan kehilangan potensi pertempuran epiknya.