Forspoken sebetulnya memiliki narasi yang bagus, tapi tidak dieksekusi dengan manis. (dok. Square Enix/Forspoken)
Sama seperti kisah dalam RPG lainnya, Forspoken juga akan mengajakmu bertualang di dunia imajinatif, fantasi, fiksi, dan tentunya banyak hal mengejutkan di dalamnya. Di sini, kamu akan bertualang sebagai Frey Holland, perempuan yang awalnya berada di New York dan tiba-tiba terlempar ke dunia lain bernama Athia.
Uniknya, Frey tidak lagi sama karena ia dapat melakukan banyak hal magis di Athia. tentu saja hal ini gak bisa dilakukan di New York. Ia sanggup merapal mantra, menggunakan sihir, dan melakukan banyak hal unik lainnya di Athia. Dalam perjalanannya, Frey juga ditemani dengan gelang emas ajaib yang tentunya juga berperan banyak dalam game ini.
Well, kalau melihat narasi dan premis yang dihadirkan oleh Luminous Productions sebagai pengembang, sebetulnya Forspoken sudah cukup memiliki potensi. Sayangnya, kemegahan dan potensi tersebut tidak dieksekusi dengan manis dan malah menyisakan banyak hal yang mengganjal. Kisah Frey di Athia juga sebetulnya sudah mengalir secara heroik karena dunia tersebut sedang mengalami kerusakan dan kekacauan akibat kekuatan The Break.
Namun, semua premis dan narasi yang dihadirkan begitu lambat, bertele-tele, dan tidak fokus pada elemen permainan yang dibangun sejak awal. Itulah kenapa penulis merasa bahwa kisah dalam Forspoken tidak terasa manis dan intuitif layaknya RPG AAA lainnya. Bahkan, ada beberapa titik saat penulis merasa bahwa konsep naratif dalam game ini tidak terasa konsisten dari awal.
Tentu saja ia megah dan besar, terutama ketika berada di Athia yang memang betul-betul "tak terjangkau" oleh lelahnya tubuh kita yang tengah bosan dalam memainkannya. Dunia Athia yang begitu besar dan luas nyatanya tidak diimbangi dengan konsep yang padat dan berwarna. Ia membebaskan kita begitu saja di tengah dunia yang hampa dan kacau yang lagi-lagi tidak konsisten dengan tujuan awalnya.
Buruknya lagi, bertualang di dunia Athia hanya akan membawa perasaan yang sama dari waktu ke waktu. Tak peduli apa kamu memainkannya selama 3 jam atau 1 hari penuh, perasaan kita yang muncul akibat game ini begitu datar dan apa adanya. Bahkan, ada beberapa momen yang penulis alami saat ada kejadian dan pemandangan yang sama persis di wilayah yang berbeda.
Sekali lagi, ide dalam narasi Forspoken sebetulnya memiliki potensi. Namun, entah kenapa kita tak akan mengalami klimaks di dalamnya. Bagi penulis, game ini masih menyisakan banyak lubang yang seharusnya bisa ditambal sejak awal. Belum lagi, kita mendengarkan suara karakter dalam game ini yang jelas bukan selayaknya RPG kelas atas. Sepertinya, ide brilian terlihat redup manakala tidak dipoles dengan manis dan konsisten.