Pemain menembaki musuh dengan sihir dalam Into the Pit. (dok. Nullpointer Games/Into the Pit)
Bisa dikatakan bahwa Into the Pit termasuk ke dalam game berjenis first-person shooter (FPS) yang dikombinasikan dengan roguelike, yakni mekanisme permainan yang menyuntikkan unsur kematian permanen pada karakter. Yup, jika karaktermu tewas di tengah jalan, kamu akan mengulangnya dari awal atau melalui checkpoint yang jaraknya cukup jauh.
Apakah mekanisme seperti ini bisa membuat frustrasi layaknya serial game berjudul Dark Souls? Sayangnya, game ini bisa dijalankan dengan begitu mudah dan nyaris tanpa tantangan sama sekali. AI musuh tampak begitu noob dan kekuatannya terlihat sangat tidak seimbang dengan karakter utama. Kamu bisa dengan asyik memberondong musuh-musuhmu dengan kekuatan mistis yang kamu miliki.
Lalu, poin selanjutnya adalah mekanisme permainan yang cukup repetitif. Artinya, selain konsep yang selalu berulang, pemain dapat menamatkan game ini dengan waktu yang cukup pendek. Selain itu, variasi serangannya pun kurang beragam. Baik itu serangan dari karakter maupun musuh, semuanya terlihat sangat sederhana dan sulit menemukan di mana letak variasinya.
Bagaimana dengan kemampuan bosnya? Sepertinya penulis merasakan hal yang sama mudahnya. Dengan beberapa kali serangan taktis, karakter bos akan kebingungan dan itu kesempatan kita untuk merobohkannya. Pada intinya, bertualang dalam dunia Into the Pit dirasa mudah dan mengasyikkan meskipun ada perasaan jenuh di sana.