Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Intinya sih...

  • Game Upin & Ipin Universe dirilis dengan harapan besar, tetapi menuai kekecewaan mendalam dari para pemain karena gameplay yang membosankan dan tanpa alur cerita yang kuat.

  • Visual menjanjikan game ini tidak konsisten. Banyak kekutu yang merusak pengalaman bermain, seperti karakter terjebak di antara objek atau animasi yang rusak saat berinteraksi.

  • Aktivitas dalam game cepat menjadi membosankan karena repetitif dan tidak berkembang. Ditambah lagi, harga game yang tinggi di Steam, sekitar Rp650 ribu, tidak sebanding dengan kualitasnya.

Upin & Ipin Universe resmi dirilis pada 17 Juli 2025 untuk berbagai platform: Steam, Epic Games, PlayStation 4/5, dan Nintendo Switch. Kehadirannya tentu membawa harapan besar, terutama bagi para penggemar serial animasi asal Malaysia ini yang telah menemani anak-anak Asia Tenggara selama hampir 2 dekade. Namun, ekspektasi tinggi itu berubah menjadi kekecewaan mendalam setelah game ini tersedia untuk publik.

Sejak hari pertama peluncurannya, komentar negatif menghujani halaman Upin & Ipin Universe di Steam. Banyak pemain yang melampiaskan rasa kecewa mereka lewat ulasan yang menyoroti berbagai aspek krusial, dari gameplay hingga performa teknis. Hal serupa terjadi di platform lain, seperti YouTube. Para pembuat konten membedah kekurangan game ini secara mendetail. Apa yang sebenarnya salah dari game yang membawa nama besar dua anak kembar ikonis ini? Simak review Upin & Ipin Universe berikut.

1. Bukannya jadi open world adventure game seru, malah jadi simulator kuli

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Dijual sebagai open world adventure game, Upin & Ipin Universe seharusnya mampu menghadirkan dunia yang luas dan penuh kejutan di Kampung Durian Runtuh. Sayangnya, dunia itu terasa kosong, datar, dan membosankan. Tidak ada cerita utama yang benar-benar menggugah atau membangun keterikatan emosional dengan karakter.

Sebaliknya, pemain hanya disuguhkan serangkaian tugas acak yang berulang, seperti memancing, berkebun, atau membantu tetangga. Aktivitas-aktivitas ini tidak disusun dalam alur cerita yang bermakna, tetapi terasa seperti pekerjaan harian tanpa tujuan jelas. Alih-alih sebuah petualangan, game ini justru lebih cocok disebut sebagai simulator kuli yang hanya mengandalkan sistem kerja serabutan.

2. Visual menjanjikan, tetapi minim polesan

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Menggunakan Unreal Engine 5, secara teori Upin & Ipin Universe seharusnya memanjakan mata. Pada pandangan pertama, visualnya terlihat menjanjikan: pencahayaan dinamis, lingkungan kampung yang hangat, dan model karakter yang dibuat modern. Namun, janji itu tidak ditepati secara konsisten.

Sebagai developer, Streamline Studios tampak tergesa-gesa merampungkan game ini. Banyak kekutu yang merusak pengalaman bermain, seperti karakter yang terjebak di antara objek atau animasi yang rusak saat berinteraksi. Salah satu momen yang paling sering disebut dalam ulasan pemain ialah saat Upin berenang dan terperangkap di antara dua batu. Ia tak bisa bergerak sama sekali sehingga memaksa pemain untuk merestart permainan.

Masalah visual lain juga mencolok, misalnya mata Kak Ros yang terlihat juling saat berdialog; ruang kelas yang tiba-tiba terang, padahal sebelumnya gelap; hingga ekspresi wajah Upin dan Ipin yang lebih menyerupai hasil operasi plastik ketimbang versi animasi. Hal-hal ini memperkuat kesan bahwa game ini dirilis sebelum waktunya. Ia kurang mendapat perhatian dalam tahap pengujian kualitas.

3. Gameplay ambisius, eksekusi sekenanya

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Ada banyak aktivitas dalam game ini, mulai dari memancing, berkebun, hingga menangkap serangga. Bahkan, pemain bisa menjelajahi Kampung Durian Runtuh sambil bersepeda. Aktivitas ini sekilas terdengar menarik dan penuh potensi.

Masalahnya, semua kegiatan ini cepat berubah menjadi membosankan karena repetitif dan tidak berkembang. Tidak ada sistem perkembangan karakter atau mekanisme permainan yang membuat aktivitas tersebut membuahkan pencapaian seiring waktu. Berbeda dengan game sejenis, seperti Story of Seasons atau Animal Crossing, mereka berhasil membuat tugas-tugas sederhana terasa memuaskan dan menenangkan. Upin & Ipin Universe justru terasa melelahkan dan monoton.

4. Musik dan suara karakter menyelamatkan

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Di tengah berbagai kekurangan teknis dan desain, ada satu aspek yang mendapat pujian: musik dan pengisi suara. Soundtrack game ini terasa ceria dan sesuai dengan suasana kampung yang hangat serta menyenangkan. Ini membuat permainan setidaknya terasa hidup secara emosional.

Lebih penting lagi, pengisi suara, terutama dalam bahasa Melayu/Malaysia, berhasil membawa suasana autentik yang sesuai dengan identitas serial aslinya. Kehadiran elemen ini membantu membangun atmosfer lokal yang kuat. Ia menunjukkan potensi besar game ini jika digarap lebih serius.

5. Harga yang terlalu tinggi untuk game yang biasa saja

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Hal paling mengecewakan dari Upin & Ipin Universe adalah absennya alur cerita yang kuat. Misi-misi yang ada tidak memiliki benang merah yang menarik atau klimaks yang membuat pemain ingin terus bermain. Ini membuat game terasa kosong, seperti bermain tanpa arah.

Lebih parah lagi, game ini dijual dengan harga yang cukup tinggi, yakni sekitar Rp650 ribu di Steam. Ini angka yang tidak kecil, apalagi untuk pasar Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Terlebih lagi, kondisi ekonomi sedang lesu. Dengan harga itu, gamer bisa mendapatkan judul yang lebih matang dan teruji kualitasnya, seperti Shin chan: Me and the Professor on Summer Vacation The Endless Seven-Day Journey (Rp500 ribu) yang juga mengangkat kehidupan anak-anak di pedesaan, tetapi dengan cerita dan gameplay yang jauh lebih rapi.

Upin & Ipin Universe sebenarnya memiliki semua bahan dasar untuk menjadi game lokal yang sukses, seperti karakter kuat, latar kampung yang kaya budaya, dan nostalgia dari serial TV yang sudah melegenda. Namun, potensi itu seakan dibuang begitu saja. Eksekusi terburu-buru, teknis amburadul, dan harga yang tidak masuk akal.

Dengan pertimbangan semua aspek, baik grafik, gameplay, cerita, musik, hingga harga, nilai review yang pantas untuk game ini adalah 2/5. Ini pelajaran penting, nama besar saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan kualitas produksi yang memadai. Sebelum membeli, pikirkan matang-matang. Sebab, di luar sana, banyak game lain dengan harga lebih terjangkau, tetapi menawarkan pengalaman bermain yang jauh lebih menyenangkan dan berkesan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎