logo perusahaan Apple. (unsplash.com/Bangyu Wang)
Hingga kini, tidak banyak informasi yang beredar terkait alasan ketertarikan Apple ini. Salah satu alasan Apple mungkin datang dari faktor eksternal. Apple diketahui memiliki kerja sama jangka panjang untuk menjadikan Google sebagai mesin pencari utama di peramban Safari. Nilai kesepakatan ini tercatat mencapai 20 miliar dolar AS (sekitar Rp324 triliun) per tahun. Namun, kerja sama ini sedang terancam oleh gugatan antimonopoli pemerintah AS. Kedua raksasa ini kemungkinan harus mengakhiri kerja samanya, sehingga Apple terdorong untuk mencari alternatif lain seperti Perplexity.
Ada juga kemungkinan faktor internal, di mana Apple diduga sedang membutuhkan suntikan teknologi dan inovasi AI untuk menyokong produk-produknya. Selain untuk mendukung Safari, Perplexity bisa menjadi solusi potensial untuk membantu peningkatan kemampuan asisten virtual Siri. Pengembangan asisten legendaris satu ini dikabarkan sedang tersendat, sehingga menambah tekanan pada Apple.
Nama Apple cukup jarang terdengar di tengah huru-hara perkembangan AI saat ini. Tentu ini menuai tanda tanya, mengingat Apple adalah salah satu raksasa teknologi yang inovasinya selalu dinanti. Apple dinilai perlu mengakselerasi kemampuannya di arena AI generatif. Oleh karena itu, akuisisi Perplexity mungkin dapat menjadi jalan pintas strategis untuk mendapatkan tim ahli dan teknologi yang sudah matang secara instan, tanpa harus membangun semuanya dari nol.
Ketertarikan ini pun bukanlah sekadar wacana, melainkan sebuah pertimbangan serius di level pimpinan. Tim AI Apple dilaporkan telah bertemu dan mengevaluasi teknologi Perplexity secara aktif. "Kami cukup terkesan dengan apa yang telah dilakukan Perplexity, jadi kami telah memulai beberapa diskusi dengan mereka tentang apa yang mereka kerjakan," kata Eddy Cue, salah satu eksekutif senior di Apple, dilansir Bloomberg.