Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
logo Perplexity (dok. Perplexity)
logo Perplexity (dok. Perplexity)

Intinya sih...

  • Perplexity AI, mesin pencari baru dengan format percakapan dan model layanan fleksibel.

  • Apple tertarik membeli Perplexity untuk menggantikan kerja sama dengan Google dan meningkatkan kemampuan asisten virtual Siri.

  • Meta juga tertarik pada Perplexity, mencerminkan perang talenta AI di Silicon Valley.

Persaingan di sektor kecerdasan buatan (AI) terus memanas. Para raksasa teknologi berlomba-lomba memperkuat posisi mereka dengan mengakuisisi talenta dan teknologi AI terdepan untuk diintegrasikan ke dalam ekosistem produk mereka. Di tengah dinamika ini, Apple pun tidak tinggal diam dan dilaporkan sedang mengarahkan pandangannya pada sebuah nama.

Sebuah laporan dari Bloomberg, baru-baru ini mengungkap adanya diskusi internal di kalangan eksekutif Apple untuk menjajaki kemungkinan akuisisi startup AI Perplexity. Kabar Apple dirumorkan tertarik beli Perplexity menjadi sorotan, mengingat nilai valuasi Perplexity yang ditaksir cukup fantastis, yaitu 14 miliar dolar AS (sekitar Rp227 triliun). Lantas, apa itu Perplexity dan mengapa Apple tertarik untuk membelinya?

1. Mengenal Perplexity AI, penantang baru di pasar mesin pencari

tampilan Perplexity Labs. (perplexity.ai)

Perplexity bukanlah mesin pencari biasa. Didirikan pada Agustus 2022, platform ini memanfaatkan AI untuk memberikan jawaban langsung dan ringkas dalam format percakapan, lengkap dengan kutipan sumber informasinya. Saat debut, Perplexity menawarkan cara yang segar untuk mencari informasi di internet.

Pengguna tidak perlu pusing-pusing memikirkan keyword, membuka satu persatu laman, bergulat dengan iklan dan menghubungkan informasi satu dengan yang lain. Menggunakan Perplexity, kamu bisa melakukan pencarian dengan bahasa natural, menerima rangkumannya dan melempar pertanyaan lanjutan. Interaksi semacam ini jauh lebih praktis dan mulus. Kini, Perplexity bahkan telah mampu melakukan riset mendalam secara mandiri.

Platform ini menawarkan model layanan yang fleksibel. Perplexity memiliki versi gratis untuk penggunaan terbatas dan opsi langganan Pro seharga 20 dolar AS (sekitar Rp320 ribu) per bulan yang menyediakan fitur lebih canggih. Paket Pro memberi beberapa manfaat seperti pilihan model AI yang lebih banyak, batas kuota unggahan file yang ditingkatkan dan fitur pencarian yang lebih andal.

Posisi Perplexity semakin diperhitungkan berkat dukungan dari para investor kelas berat. Kepercayaan dari tokoh sekaliber pendiri Amazon, Jeff Bezos, serta raksasa teknologi Nvidia menjadi sinyal positif terhadap potensi dan visi jangka panjang yang diusung oleh startup ini.

2. Mengapa Apple tertarik membeli Perplexity?

logo perusahaan Apple. (unsplash.com/Bangyu Wang)

Hingga kini, tidak banyak informasi yang beredar terkait alasan ketertarikan Apple ini. Salah satu alasan Apple mungkin datang dari faktor eksternal. Apple diketahui memiliki kerja sama jangka panjang untuk menjadikan Google sebagai mesin pencari utama di peramban Safari. Nilai kesepakatan ini tercatat mencapai 20 miliar dolar AS (sekitar Rp324 triliun) per tahun. Namun, kerja sama ini sedang terancam oleh gugatan antimonopoli pemerintah AS. Kedua raksasa ini kemungkinan harus mengakhiri kerja samanya, sehingga Apple terdorong untuk mencari alternatif lain seperti Perplexity.

Ada juga kemungkinan faktor internal, di mana Apple diduga sedang membutuhkan suntikan teknologi dan inovasi AI untuk menyokong produk-produknya. Selain untuk mendukung Safari, Perplexity bisa menjadi solusi potensial untuk membantu peningkatan kemampuan asisten virtual Siri. Pengembangan asisten legendaris satu ini dikabarkan sedang tersendat, sehingga menambah tekanan pada Apple.

Nama Apple cukup jarang terdengar di tengah huru-hara perkembangan AI saat ini. Tentu ini menuai tanda tanya, mengingat Apple adalah salah satu raksasa teknologi yang inovasinya selalu dinanti. Apple dinilai perlu mengakselerasi kemampuannya di arena AI generatif. Oleh karena itu, akuisisi Perplexity mungkin dapat menjadi jalan pintas strategis untuk mendapatkan tim ahli dan teknologi yang sudah matang secara instan, tanpa harus membangun semuanya dari nol.

Ketertarikan ini pun bukanlah sekadar wacana, melainkan sebuah pertimbangan serius di level pimpinan. Tim AI Apple dilaporkan telah bertemu dan mengevaluasi teknologi Perplexity secara aktif. "Kami cukup terkesan dengan apa yang telah dilakukan Perplexity, jadi kami telah memulai beberapa diskusi dengan mereka tentang apa yang mereka kerjakan," kata Eddy Cue, salah satu eksekutif senior di Apple, dilansir Bloomberg.

3. Perplexity juga sempat diincar Meta

CEO Meta, Mark Zuckerberg. (commons.wikimedia.orgAnthony Quintano)

Ternyata, Apple bukanlah satu-satunya raksasa yang mengincar Perplexity. Sebelumnya, perusahaan induk Facebook dan Instagram, Meta, juga dilaporkan sempat melakukan pembicaraan untuk mengakuisisi startup ini pada awal tahun, namun, kedua perusahaan gagal mencapai kesepakatan. Minat dari dua pemain besar ini menggambarkan sebuah tren yang lebih besar di Silicon Valley, yaitu "perang talenta AI". Di tengah persaingan yang begitu ketat, tim yang solid dan teknologi yang sudah teruji menjadi komoditas yang sangat berharga, dan akuisisi bisa menjadi cara yang lebih efisien untuk memenangkan persaingan ini.

Setelah gagal membeli Perplexity, Meta beralih membeli hampir 49 persen saham Scale AI seharga 14,3 miliar dolar AS (sekitar Rp231 triliun). Kesepakatan ini berhasil menggaet pendiri Scale, Alexandr Wang ke dalam tim AI Meta. Selain itu, CEO OpenAI, Sam Altman baru-baru ini juga mengungkapkan bahwa Meta telah berupaya merayu karyawannya dengan bonus hingga 100 juta dolar AS (Rp1,6 triliun), dilansir CNN.

4. Tantangan akuisisi Perplexity oleh Apple

CEO Perplexity, Aravind Srinivas. (commons.wikimedia.org/TechCrunch)

Jalan menuju akuisisi ini tentu tidak mudah, dengan pertimbangan pertama adalah biaya. Valuasi Perplexity sebesar 14 miliar dolar AS akan menjadikannya akuisisi terbesar dalam sejarah Apple. Jika terwujud, transaksi ini akan melampaui pembelian Beats senilai 3 miliar dolar AS (sekitar Rp48 triliun) pada 2014 lalu. Ini adalah komitmen finansial besar yang menuntut kalkulasi sangat cermat.

Situasi juga menjadi lebih rumit karena Perplexity dilaporkan sedang dalam proses negosiasi kemitraan strategis dengan Samsung, yang notabene adalah pesaing utama Apple. Adanya potensi konflik kepentingan ini bisa menjadi salah satu hambatan yang harus dipertimbangkan. Faktor waktu juga menjadi variabel penting, di mana Apple kemungkinan akan menunggu kejelasan nasib kerja samanya dengan Google setelah putusan sidang antimonopoli. Namun, di sisi lain, pihak Perplexity malah sempat menepis adanya diskusi akuisisi tersebut.

"Kami tidak tahu menahu tentang diskusi M&A (merger dan akuisisi) saat ini atau di masa depan yang melibatkan Perplexity," kata startup tersebut.

Selain tantangan di atas, terdapat pula isu lain seperti kontroversi terkait tuduhan penggunaan konten tanpa izin dari beberapa media ternama. Perplexity telah digugat oleh induk The Wall Street Journal, Dow Jones dan New York Post atas tuduhan penggunaan konten secara ilegal yang mengalihkan aliran pengunjung dari situs mereka.

5. Skenario alternatif bagi Apple

CEO Apple, Tim Cook. (commons.wikimedia.org/ European Union)

Di luar opsi pembelian penuh, Apple juga sedang mempertimbangkan skenario lain yang lebih fleksibel, yaitu kemitraan. Dalam skema ini, teknologi Perplexity dapat diintegrasikan ke dalam ekosistem Apple, seperti menjadi salah satu pilihan mesin pencari di Safari dan Siri, tanpa harus dimiliki sepenuhnya oleh Apple.

Masing-masing skenario tentu memiliki untung-ruginya. Akuisisi bisa memberikan kontrol lebih atas teknologi dan masa depan Perplexity. Namun pilihan ini memerlukan biaya yang sangat besar dan tantangan integrasi. Di sisi lain, kemitraan jauh lebih hemat biaya dan fleksibel, tetapi Apple akan memiliki kontrol yang lebih terbatas, seperti harus rela melihat teknologi yang sama juga digunakan oleh para kompetitornya.

Pada akhirnya, terlepas dari apa pun hasil dari diskusi ini, kabar Apple dirumorkan tertarik beli Perplexity merupakan sinyal positif bagi perusahaan AI tersebut terutama bagi kedepannya. Keputusan yang akan diambil Apple selanjutnya, apakah itu akuisisi, kemitraan, atau tidak sama sekali, akan menjadi perkembangan yang paling menarik untuk diamati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team