Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ChatGPT (freepik.com/frimufilms)
ilustrasi ChatGPT (freepik.com/frimufilms)

Intinya sih...

  • Anak sekolah dan mahasiswa rentan mengalami ketergantungan AI, menurunnya kemampuan berpikir kritis, serta kehilangan etika belajar.

  • Penggunaan AI dapat memicu penyalahgunaan untuk mencontek atau plagiarisme, serta menimbulkan risiko kesalahan informasi yang menyesatkan.

  • AI juga dapat menyebabkan penurunan kreativitas dan inisiatif pelajar, ketimpangan akses teknologi di ranah sosial, privasi dan keamanan data yang masih jadi masalah, serta gangguan dalam proses belajar tradisional.

Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin merambah ke dunia pendidikan. Mulai dari menjawab soal, membuat esai, hingga merancang presentasi, AI menjadi alat bantu yang semakin sering digunakan oleh anak sekolah dan mahasiswa. Namun, di balik kemudahan itu, ada sejumlah ancaman yang patut diwaspadai.

Penggunaan AI tanpa pedoman dan pemahaman yang tepat bisa menimbulkan dampak negatif. Mulai dari menurunnya kemampuan berpikir kritis hingga hilangnya etika akademik, bahaya AI bagi pelajar tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, tak sedikit mahasiswa yang menyalin hasil kerja AI tanpa penyuntingan sama sekali. Untuk lebih jelasnya, mari kita telusuri beberapa bahaya AI bagi pelajar lewat pembahasan berikut!

1. Ketergantungan dan menurunnya kemampuan berpikir kritis

ilustrasi kegiatan sekolah (unsplash.com/@nci)

Anak sekolah dan mahasiswa sudah akrab dengan ChatGPT, Gemini, dan Grok dalam menyelesaikan tugas akamedik. Akan tetapi, penggunaan AI secara terus-menerus dapat membuat pelajar terbiasa menerima jawaban instan tanpa berpikir terlebih dahulu. Akibatnya, kemampuan untuk menganalisis, memahami konsep, dan memecahkan masalah bisa melemah. Dalam jangka panjang, tentunya ini bisa menghambat perkembangan intelektual alami.

2. Penyalahgunaan untuk mencontek atau plagiarisme

ilustrasi pembelajaran (unsplash.com/@javotrueba)

AI memudahkan pelajar untuk menyalin jawaban atau karya tanpa usaha sendiri. Masalah ini dapat meningkatkan praktik mencontek dan plagiarisme, bahkan tanpa disadari. Bahkan, semua jawaban bisa mirip satu sama lain Akibatnya, nilai yang diperoleh tidak mencerminkan kemampuan asli pelajar.

3. Para pelajar bisa kehilangan etika belajar

ilustrasi belajar di kelas (unsplash.com/iamfelicia)

Ketika pelajar terlalu bergantung pada AI, nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kerja keras bisa terabaikan. Mereka bisa merasa bahwa mencari jalan pintas adalah hal wajar. Dampaknya bisa berpotensi merusak karakter dan moral di masa depan.

4. Risiko kesalahan informasi yang menyesatkan

ilustrasi penggunaan AI (unsplash.com/@johnishappysometimes)

AI tidak selalu memberikan jawaban benar atau akurat. Jika pelajar menerima informasi dari AI tanpa memverifikasinya, mereka bisa salah memahami suatu topik. Penggunaan AI tanpa verifikasi data fakta dapat berisiko menciptakan pemahaman keliru dan sulit diperbaiki. Sedangkan, kita tahu AI bisa saja memberikan jawaban halusinasi dan mengarang, terlebih untuk pertanyaan yang dianggap terlalu asing dan kurang umum.

5. Menurunnya kreativitas dan inisiatif pelajar

ilustrasi belajar di kelas (unsplash.com/@sambalye)

AI seperti Grok dan ChatGPT dapat menyusun teks, ide, atau desain dengan cepat. Otomatis hal tersebut dapat membuat pelajar tidak merasa perlu berpikir kreatif. Dampaknya adalah pelajar bisa gagal dalam mengembangkan ide asli. Dalam jangka panjang, dampak tersebut bisa menghambat inovasi.

6. Adanya ketimpangan akses teknologi di ranah sosial

ilustrasi pelajar mengakses internet (unsplash.com/@headwayio)

Tidak semua pelajar memiliki akses ke perangkat dan internet yang mendukung penggunaan AI. Masalah ini bisa saja menciptakan kesenjangan antara pelajar yang memiliki fasilitas digital dan yang tidak. Penggunaan AI di pelosok daerah yang tidak punya akses internet memadai tentu akan menjadi masalah tersendiri.

7. Privasi dan keamanan data masih jadi masalah AI

ilustrasi keamanan (freepik.com/mamewmy)

Isu keamanan sering menjadi perhatian di era digital saat ini, bahkan sebelum era kecerdasan buatan. Beberapa platform AI menyimpan data yang diketik pengguna tanpa sepengetahuan mereka. Jika pelajar tidak waspada, informasi pribadi atau akademik mereka bisa disalahgunakan. Pelanggaran privasi dapat menjadi ancaman serius terhadap keamanan digital.

8. Menimbulkan gangguan dalam proses belajar tradisional

ilustrasi anak sekolah menggunakan laptop (pexels.com/@panditwiguna)

Di era AI, guru dan dosen kesulitan menilai keaslian tugas jika pelajar menggunakan AI tanpa transparansi. Ini tentunya mengganggu proses evaluasi yang seharusnya mencerminkan pemahaman nyata siswa. Ini bisa menyebabkan kebingungan dan merugikan berbagai pihak, termasuk pengajar.

Penggunaan AI di dunia pendidikan memang menawarkan kemudahan, tetapi dampak negatifnya bisa sangat serius jika tidak dikelola dengan baik. Survei global UNESCO melaporkan bahwa pada 2023, kurang dari 10 persen sekolah dan universitas di seluruh dunia telah memiliki kebijakan atau pedoman formal terkait penggunaan AI generatif. Sebenarnya, AI dapat dilihat sebagai pendukung kreativitas dan pembelajaran, bukan sebagai alat pintas yang merugikan pengembangan intelektual manusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team