Menurut OpenAI, GPT-4 memiliki beberapa peningkatan signifikan, seperti kemampuan memproses gambar sebagai input. GPT-4 terlihat mampu menyelesaikan puzzle hingga menjelaskan maksud dari sebuah meme di dunia maya.
Meski begitu, fitur ini masih tersedia untuk segelintir pengguna saja sebagai bagian dari tes beta. Salah satu pengguna yang diuji adalah mereka yang menyandang disabilitas netra, lewat program Be My Eyes.
Jadi, GPT-4 memang berambisi untuk jadi Artificial General Intelligence, yaitu saat AI melewati ambang batas dan lebih cerdas dari manusia. Namun, maksud tersebut masih jauh, terlebih saat Altman mengatakan bahwa misinformasi masih jadi "duri dalam daging".
"Yang terus saya peringatkan adalah 'masalah halusinasi'. Model ini akan menyatakan hal-hal yang dikira fakta, padahal bualan," tutur Altman.
Ilustrasi hoaks (IDN Times/Sukma Shakti)
Menurut OpenAI, ini dikarenakan GPT sebelumnya masih menggunakan penalaran deduktif, bukan memorisasi. Dalam sesi tersebut, CTO OpenAI, Mira Murati, mengatakan bahwa peningkatan yang terlihat di GPT-4 adalah kemampuan penalaran yang lebih baik.
"Tujuannya adalah memprediksi kata selanjutnya. Dengan begitu, kita melihat ada pemahaman bahasa ... Kami ingin GPT-4 melihat dan mengerti dunia selayaknya manusia," tutur Murati.
Altman meluruskan bahwa GPT-4 tidak hanya menyimpan fakta, melainkan sebuah mesin yang bisa berpikir. Inilah yang tengah dikembangkan OpenAI seiring waktu, yaitu model yang bisa membedakan fakta dan fiksi.
Toh, GPT-4 menyediakan informasi 40 persen lebih akurat dibanding generasi sebelumnya. Namun, Altman menegaskan bahwa mengandalkan GPT-4 sebagai sumber informasi utama adalah hal yang tidak bijak, dan segala informasi yang keluar seharusnya dicek kebenarannya.