Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ChatGPT
ilustrasi ChatGPT (unsplash.com/@emilianovittorios)

Intinya sih...

  • Struktur dan alur terlalu rapi, tapi terasa kosongTulisan AI biasanya disusun dengan pola pembuka, isi, dan penutup sangat teratur, seolah mengikuti aturan baku. Transisi antar paragraf mulus, namun terasa seperti dipaksakan agar terlihat rapi.

  • Pemilihan kata terlalu repetitif dan membosankanAI cenderung mengulang frasa atau kata tertentu di banyak bagian tulisan, baik sadar maupun tidak. Kata-kata seperti “tidak dapat dipungkiri” atau “penting untuk dicatat” sering muncul berkali-kali.

  • Contoh dan referensi yang diberikan terlalu umumTulisan AI sering menggunakan contoh yang terlalu umum tanpa menyebutkan nama

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memudahkan siapa saja untuk menghasilkan tulisan dengan cepat dan rapi. Namun, kemudahan ini juga membuat konten hasil AI semakin sulit dibedakan dari karya manusia. Meski begitu, ada sejumlah ciri khusus yang dapat membantu kita mengenalinya.

Tulisan AI biasanya memiliki pola tertentu yang konsisten, mulai dari pilihan kata hingga struktur kalimat. Beberapa di antaranya terasa terlalu sempurna, namun, kurang memiliki kedalaman atau sentuhan personal. Para pembaca mungkin lama-lama akan mengenali konten yang dihasilkan AI, karena dirasa repetitif. Bisakah kamu mengenali perbedaan tulisan otentik dan tulisan yang dihasilkan AI?

1. Struktur dan alur terlalu rapi, tapi terasa kosong

ilistrasi ChatGPT pada laptop (unsplash.com/@emilianovittoriosi)

Tulisan AI biasanya disusun dengan pola pembuka, isi, dan penutup sangat teratur, seolah mengikuti aturan baku. Transisi antar paragraf mulus, namun, terasa seperti dipaksakan agar terlihat rapi. Meski enak dibaca, isinya kadang kurang mengandung sudut pandang yang baru. Hasilnya, pembaca merasa mendapatkan informasi tapi tidak mendapatkan kedalaman atau jiwa tulisan. Biasanya tulisan seperti ini terdapat pada tugas akademik atau artikel faktual.

2. Pemilihan kata terlalu repetitif dan membosankan

mengetik di laptop (unsplash.com/@kaitlynbaker)

Pernahkah kamu membaca artikel dengan pola repetitif? Kemungkinan itu dihasilkan AI tanpa penyuntingan alami manusia. AI cenderung mengulang frasa atau kata tertentu di banyak bagian tulisan, baik sadar maupun tidak. Kata-kata seperti “tidak dapat dipungkiri” atau “penting untuk dicatat” sering muncul berkali-kali. Hal ini membuat tulisannya terdengar monoton. Pembaca yang teliti tentu akan mudah menangkap pola pengulangan tersebut.

3. Contoh dan referensi yang diberikan terlalu umum

ilustrasi mengetik (unsplash.com/@justin_morgan)

Tulisan AI sering menggunakan contoh yang terlalu umum tanpa menyebutkan nama atau detail spesifik. Referensi yang diberikan biasanya bersifat global atau jarang merujuk pada data unik. Dengan kata lain, konten terkesan seperti hasil rangkuman internet secara umum. Ini berbeda dengan tulisan manusia yang cenderung menyelipkan pengalaman pribadi atau contoh kontekstual. Selain itu, konten yang dihasilkan oleh manusia biasanya lebih interaktif.

4. Gaya bahasa yang dihasilkan terlalu netral dan kurang emosi

seseorang sedang mengetik (unsplash.com/@selinawas)

AI biasanya menulis dengan nada terlalu datar atau netral, bahkan ketika membahas topik yang memancing emosi. Jarang ada ekspresi yang benar-benar tajam, berani, atau penuh kehangatan. Tulisan tetap sopan dan formal, meskipun topiknya santai. Hal ini membuatnya terdengar profesional tapi sekaligus terasa hambar. Jika AI dipaksa menggunakan bahasa santai atau kasual, nuansanya akan tetap terasa aneh.

5. Fakta bisa benar tapi dangkal, bahkan terkadang salah

seseorang mengetik di laptop (unsplash.com/@thoughtcatalog)

AI mampu memberikan fakta yang terdengar akurat, namun, penjelasannya sering berhenti di permukaan. Jarang ada pembahasan mendalam yang membedah akar masalah atau memberi wawasan unik. Tulisan lebih fokus pada gambaran umum daripada analisis kritis. Bukan cuma itu, AI terkadang bisa memberikan informasi keliru dan membingungkan pembaca.

6. Tulisan AI bisa hasilkan konten halusinasi atau menyesatkan

ilustrasi menulis dibantu oleh AI (freepik.com/freepik)

Sudah bukan rahasia lagi kalau AI seperti Gemini dan Meta AI terkadang memberikan informasi meyakinkan, tapi sebenarnya salah. Terkadang AI menuliskan data, nama, atau peristiwa yang terdengar meyakinkan tetapi tidak akurat. Kesalahan ini tidak selalu kentara bagi pembaca awam. Namun, jika diperiksa lebih dalam, fakta tersebut bisa saja tidak memiliki sumber atau bahkan fiktif. Ini adalah salah satu kelemahan utama tulisan kecerdasan buatan. Oleh karena itu, penulis sebaiknya menghindari penggunaan AI untuk penulisan konten yang bersifat teknis dan sensitif.

7. Tidak ada emosi manusia di dalamnya

ilustrasi AI (freepik.com/iuriimotov)

Terakhir, ciri tulisan yang dihasilkan oleh AI adalah tidak punya emosi, apalagi jika tanpa disunting sama sekali. Tulisan AI cenderung tidak memiliki ciri khas penulis, seperti gaya bahasa unik, atau cerita pribadi. Kalimatnya terasa seragam dari awal hingga akhir, tanpa perubahan nada atau ritme. Selain itu, konten yang dihasilkan terasa impersonal dan kehilangan sentuhan kreativitas.

Tulisan hasil AI diperkirakan akan semakin sulit dibedakan dari karya manusia seiring kemajuan teknologi. Masalah ini bukan hanya ada di bidang industri, namun, juga dunia pendidikan. Ironisnya, pembaca berpengalaman mungkin hanya mampu mengidentifikasi tulisan AI dengan akurasi sekitar 50 persen tanpa bantuan alat deteksi. Bagaimana menurutmu? Apakah kamu mampu membedakan tulisan AI dan manusia?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team