Para peneliti mengatakan bahwa peristiwa seperti itu merupakan indikasi tren teknologi dan fenomena sosial yang lebih luas. Interaksi digital semakin menggantikan koneksi manusia tatap muka di seluruh dunia. Dan ketika perusahaan seperti Google, Amazon dan Tencent menginvestasikan miliaran dalam mengembangkan kecerdasan buatan, orang-orang mulai berhubungan dengan perangkat pintar mereka seperti yang mereka lakukan pada manusia.
Ada yang mengatakan "tolong" dan "terima kasih" kepada asisten virtual seperti Apple Siri dan Amazon Alexa, atau perlakukan penyedot debu robot seperti hewan peliharaan. Di Jepang, di mana robot telah lama dipandang sebagai sahabat yang ramah, perubahan sikap ini sedang berlangsung.
McArthur, direktur dari Pusat Etika Profesional dan Terapan di Universitas Manitoba, meyatakan bahwa orang-orang seperti Kondo adalah "gelombang kedua digisexual" - orang-orang yang melihat teknologi sebagai bagian integral dari identitas seksual mereka.
Sementara digital gelombang pertama menggunakan teknologi seperti aplikasi kencan untuk memanfaatkan dan memfasilitasi koneksi dengan orang lain, digital gelombang kedua tidak melihat manusia sebagai hal yang esensial untuk pengalaman romantis.