Menyimpan NFT ke device. (theverge.com)
Dilansir The Verge, siapa pun bisa menyalin atau menyimpan file digital sebanyak yang kita inginkan. Termasuk seni dalam bentuk NFT. Mengapa orang mau bersusah payah membayar mahal jika bisa gratis?
Ini karena NFT dirancang untuk memberi pembeli kepemilikan karya (ownership of the work). Sama seperti karya seni fisik, kreator atau penciptanya masih memiliki hak cipta (copyright) dan hak reproduksi (reproduction rights).
Kurang lebih analoginya adalah "Siapa pun bisa membeli replika lukisan Claude Monet, tetapi hanya satu orang yang bisa memiliki yang asli. Kebanggaan dan gengsi inilah yang dicari sebagian orang, terutama kalangan atas yang menjadikannya sebagai koleksi.
Selain itu, sebagian orang kadang-kadang kurang memahami proses teknis dalam perdagangan NFT. Seperti biaya untuk membayar penambangan (mining) dalam setiap interaksi dengan blockchain.
Mengutip Live Mint, penambangan didefinisikan sebagai perhitungan komputer yang membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk memverifikasi setiap transaksi. Investopedia menjelaskan bahwa transaksi Ethereum membutuhkan 220,05 kilowatt-jam (kWh) listrik atau setara dengan 7,44 hari konsumsi listrik rata-rata rumah tangga AS.
"Intinya, data menunjukkan bahwa NFT jauh dari investasi pasti," perusahaan perangkat lunak berbasis New York, Chainalysis mengatakan.