ilustrasi streamer ngamen online (freepik.com/freepik)
Fenomena ngamen online di Titik Nol Yogyakarta menandai era baru bagi seni jalanan yang memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau lebih banyak orang dan menciptakan sumber pendapatan baru. TikTok Live yang awalnya hanya sebuah aplikasi sosial kini berfungsi sebagai media yang mengubah cara orang berekspresi, mencari rezeki, dan menjangkau audiens lebih luas. Fenomena ini menunjukkan bahwa seni dapat berevolusi dan berkembang seiring waktu sekaligus menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi tanpa kehilangan esensi atau nilainya. Dengan demikian, tentu aplikasi ini bisa menjadi jembatan antara seniman jalanan dan audiens yang lebih luas, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga di berbagai penjuru dunia. Di tengah kemajuan teknologi, fenomena ini menjadi bukti bahwa seni tradisional pun bisa beradaptasi dan menemukan tempatnya di dunia digital, memberikan peluang baru bagi kreativitas anak bangsa.
Namun, yang menjadi catatan adalah jangan sampai merusak wajah ruang publik dan kenyamanan masyarakat setempat. Kehadiran pengamen online di titik-titik ramai, seperti Titik Nol Yogyakarta, tetap perlu memperhatikan etika dan peraturan yang ada agar harmoni antara kreativitas dan ketertiban umum tetap terjaga. Meski fenomena ini membuka peluang bagi seniman jalanan untuk memperluas audiens, penting bagi mereka untuk tidak mengganggu aktivitas dan lingkungan sekitar.
Agar harmoni terus terpelihara, para streamer perlu memahami batasan yang ada dan mengikuti aturan setempat. Mungkin dibutuhkan area khusus atau jam pertunjukan tertentu agar mereka dapat berkarya tanpa mengganggu ketertiban. Selain itu, karena Titik Nol Yogyakarta termasuk dalam sumbu filosofi kota, kegiatan di area ini harus sesuai izin dari UPT PKCB Yogyakarta. Dengan begitu, tiap kegiatan di sekitar sumbu filosofi ini harus terpantau dan memiliki izin resmi, termasuk aktivitas ekonomi.
Dengan pengelolaan yang bijaksana, fenomena ngamen online ini bisa menjadi daya tarik wisata yang menambah keunikan kota. Keberhasilan ini hanya bisa dicapai jika semua pihak yang terlibat memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara inovasi digital dan ketertiban ruang publik.