Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memulai percakapan menggunakan ChatGPT
ilustrasi memulai percakapan menggunakan ChatGPT (unsplash.com/Solen Feyissa)

Intinya sih...

  • Fitur "Just Checking In" hadir untuk mengingatkan pengguna agar beristirahat ketika percakapan sudah berlangsung terlalu lama, dengan pesan pop-up yang memerlukan konfirmasi sebelum dilanjutkan.

  • Fitur ini lahir dari keprihatinan terhadap persoalan serius yang berkaitan dengan kesehatan mental, serta fokus pada kesehatan digital pengguna dengan meminimalkan risiko AI menguatkan keyakinan keliru atau terjebak dalam percakapan yang tidak sehat.

  • OpenAI berupaya menjaga keseimbangan antara kenyamanan dan keamanan dalam penggunaan ChatGPT, serta memberi jeda bagi pengguna untuk beristirahat dan menilai kembali kebenaran jawaban yang diberikan AI.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika mencoba berinteraksi langsung (hands-on) dengan AI, muncul rasa lelah yang tak disangka. Menyadari hal ini, OpenAI menghadirkan inovasi baru pada ChatGPT dengan fokus menjaga kesehatan mental penggunanya. Fitur bertajuk “Just Checking In” hadir untuk mengingatkan pengguna agar beristirahat ketika percakapan sudah berlangsung terlalu lama. Pengingat tersebut akan muncul dalam bentuk pop-up yang memerlukan konfirmasi sebelum percakapan dilanjutkan.

Langkah ini mencerminkan komitmen OpenAI untuk membangun hubungan yang lebih sehat antara manusia dan teknologi. Meski ChatGPT dirancang sebagai asisten yang responsif dan membantu, penggunaan berlebihan tetap berpotensi menimbulkan dampak negatif. Kehadiran pengingat waktu rehat ini diharapkan membantu pengguna mengatur ritme interaksi secara lebih bijak. Lantas, apa yang melatarbelakangi fitur ini dan bagaimana cara kerjanya?

1. Cara kerja dan inspirasi fitur Just Checking In

tampilan dashboard ChatGPT (unsplash.com/Levart_Photographer)

Fitur “Just Checking In” bekerja dengan menampilkan pesan pop-up setelah sistem mendeteksi percakapan yang berlangsung cukup lama. Salah satu contoh pesannya adalah, "Kamu sudah berbincang cukup lama, apakah ini waktu yang tepat untuk beristirahat?"" Konsep ini mirip dengan peringatan waktu bermain pada konsol Nintendo Wii dan Switch yang dirancang untuk menjaga keseimbangan antara hiburan dan kesehatan pengguna.

Melansir Engadget (11/8/2025), untuk melanjutkan interaksi, pengguna harus mengklik atau mengetuk pop-up tersebut. Pendekatan ini dirancang agar pengguna menyadari durasi percakapan yang telah terjadi. Dengan begitu, mereka dapat memutuskan apakah ingin tetap melanjutkan atau mengambil jeda, sekaligus memberikan kendali yang lebih besar atas waktu dan pola penggunaan.

2. Latar belakang dan alasan peluncuran fitur

ilustrasi membuka situs ChatGPT melalui laptop (freepik.com/frimufilms)

Fitur “Just Checking In” lahir dari keprihatinan terhadap persoalan serius yang berkaitan dengan kesehatan mental. The New York Times melaporkan bahwa sejumlah pengguna yang delusinya sempat dikuatkan oleh ChatGPT ternyata memiliki riwayat gangguan mental. Sayangnya, chatbot ini kerap gagal secara konsisten menghentikan percakapan yang tidak sehat.

Beberapa kasus melibatkan individu yang secara emosional sudah rentan sejak awal. Alih-alih menghentikan atau mengalihkan pembahasan, ChatGPT justru terlibat terlalu dalam dan tanpa sadar memperkuat ilusi maupun pikiran negatif mereka. Situasi ini memicu kekhawatiran besar akan peran AI dalam menangani percakapan sensitif yang berisiko tinggi.

Menanggapi kekhawatiran terhadap interaksi AI yang terlalu intens dengan pengguna, OpenAI memperbarui cara ChatGPT menangani topik sensitif dan keputusan hidup yang bersifat krusial. Ke depan, ChatGPT tidak akan lagi langsung memberi jawaban pada pertanyaan yang berkaitan dengan high-stakes personal decisions, seperti masalah kesehatan mental, konflik hubungan, atau keputusan besar lainnya. Sebagai gantinya, AI akan diarahkan untuk membantu pengguna menimbang pilihan secara lebih rasional dan reflektif.

Dukungan ini diberikan dalam bentuk daftar pro-kontra, pertanyaan yang memicu pemikiran kritis, dan panduan langkah pengambilan keputusan. Tujuannya agar pengguna tidak bergantung sepenuhnya pada jawaban AI tanpa mempertimbangkan konteks pribadi secara utuh. OpenAI berharap pendekatan ini dapat mengurangi risiko pengambilan keputusan tergesa-gesa hanya berdasarkan rekomendasi AI. Sebagai pelengkap, fitur pengingat istirahat turut disematkan untuk mencegah pengguna terjebak dalam percakapan panjang, sekaligus memberi waktu untuk berpikir lebih jernih.

3. Fitur Just Checking In berfokus pada kesehatan digital pengguna

tampilan ChatGPT (unsplash.com/Solen Feyissa)

Dengan fitur “Just Checking In,” OpenAI berupaya menjaga keseimbangan antara kenyamanan dan keamanan dalam penggunaan ChatGPT. Fitur ini dirancang untuk memutus percakapan yang terlalu panjang, memberi jeda bagi pengguna untuk beristirahat, sekaligus menyediakan waktu untuk menilai kembali kebenaran jawaban yang diberikan AI. Langkah ini juga menjadi bentuk pencegahan terhadap sifat AI yang kadang terlalu setuju atau overly-agreeable.

Melalui adanya jeda, risiko AI menguatkan keyakinan keliru atau terjebak dalam percakapan yang tidak sehat dapat diminimalkan. OpenAI menyadari bahwa AI yang terlalu “penurut” justru berpotensi membahayakan. Bahkan, pada April lalu mereka sempat menarik pembaruan ChatGPT karena dinilai terlalu menyenangkan dan selalu setuju, sehingga mengurangi objektivitasnya.

Pengingat untuk beristirahat ini diharapkan memberi ruang bagi pengguna untuk mengevaluasi ulang percakapan dan memeriksa apakah jawaban AI valid atau menyesatkan. Walau terlihat sederhana, fitur ini dapat berdampak besar pada kualitas interaksi manusia dan AI. Memberi jeda sejenak bukan hanya membantu mencegah kelelahan mental, tetapi juga mengembalikan fokus pengguna di tengah percakapan digital yang kian tanpa batas.

Kehadiran “Just Checking In” menjadikan ChatGPT bukan sekadar asisten pintar, tetapi juga mitra digital yang peduli pada kesejahteraan penggunanya. Langkah ini bisa menjadi teladan bagi pengembang teknologi lain untuk memasukkan aspek kesehatan mental dalam desain produk mereka. Pada akhirnya, inovasi yang berarti bukan hanya soal kecanggihan, tetapi juga kemampuan untuk memanusiakan.

Apalagi, semakin banyak pengguna yang menjadikan ChatGPT sebagai tempat konsultasi pribadi, padahal hal tersebut idealnya tetap ditangani oleh tenaga profesional. OpenAI menegaskan bahwa meskipun AI dapat menjadi alat bantu, ia tidak akan pernah menggantikan peran konselor atau psikolog. Menurut kamu, apakah fitur “Just Checking In” ini benar-benar bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental pengguna atau justru sekadar “tambal sulam” dari masalah yang lebih besar?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team