Artificial Intelligence/pixabay.com/Alexandra_Koch
Prioritas bisnis yang terus berkembang setiap tahun mencerminkan pemahaman yang lebih dalam tentang faktor pendorong pertumbuhan AI, sekaligus meningkatnya kesadaran terhadap risikonya.
Isu etika dan bias tetap menjadi tantangan utama AI tahun ini, namun hanya 24 persen organisasi global dan 25 persen di Asia Pasifik yang telah sepenuhnya menerapkan kebijakan AI GRC (governance, risk, and compliance).
Di ASEAN+, 24 persen CIO (Chief Information Officer) melaporkan telah mengimplementasikan kebijakan AI GRC secara penuh, sejalan dengan tren global dan Asia Pasifik. Ini menegaskan perlunya pendekatan yang lebih terstruktur dalam menangani aspek tata kelola AI yang kini menjadi prioritas utama bisnis di kawasan.
Tata kelola AI yang efektif membutuhkan kejelasan dalam prinsip etika, akuntabilitas, pengelolaan model, serta peningkatan privasi, keamanan, dan pengawasan manusia secara terintegrasi.
Sumir Bhatia, President Infrastructure Solutions Group, Lenovo Asia Pacific, prioritas bisnis di Asia Pasifik terus berkembang. Pada 2025, Governance, Risk, dan Compliance naik 12 peringkat menjadi prioritas utama, menyoroti fokus pada AI yang aman dan bertanggung jawab.
"Produktivitas karyawan juga meningkat dari peringkat ke-7 ke posisi ke-2, menunjukkan peran yang semakin krusial. Lenovo berkomitmen untuk membuat AI lebih mudah diakses, etis, berdampak, dan mendukung bisnis dari berbagai skala," imbuh Bhatia.