ilustrasi melihat bukti transfer melalui email (freepik.com/rawpixel.com)
Banyak pengguna sering merasa kewalahan ketika satu akun Gmail dipakai untuk segala kebutuhan, baik pribadi maupun pekerjaan. Situasi ini kerap menimbulkan pencampuran notifikasi, risiko salah kirim email, hingga kesulitan memprioritaskan pesan penting. Akibatnya, produktivitas bisa menurun karena energi habis hanya untuk memilah mana email yang benar-benar perlu ditangani lebih dulu. Menurut survei HR Dive, 67 persen orang mengaku kewalahan mengelola kotak masuk mereka. 82 persen di antaranya pernah melewatkan email penting karena inbox sudah terlalu penuh. Tidak heran jika banyak orang menganggap overload email sebagai salah satu sumber stres dalam pekerjaan sehari-hari.
Jika kamu sering merasa kewalahan dengan inbox yang berisi terlalu banyak urusan berbeda, membuat Gmail baru bisa menjadi solusi. Akun baru bisa difokuskan khusus untuk pekerjaan, sementara akun lama tetap dipakai untuk urusan pribadi atau langganan hiburan. Melalui pemisahan akun, kamu bisa lebih mudah menjaga fokus sesuai kebutuhan masing-masing konteks tanpa terganggu oleh hal yang tidak relevan.
Meski begitu, mengganti akun Gmail bukanlah keputusan yang harus diambil sembarangan. Namun, langkah ini patut dipertimbangkan ketika muncul tanda-tanda jelas, seperti alamat email yang sudah tidak relevan, keterbatasan penyimpanan, meningkatnya ancaman keamanan, hingga kotak masuk yang semakin sulit dikelola. Semua faktor tersebut bisa menjadi indikator bahwa sudah saatnya menyiapkan akun baru.
Agar proses transisi lebih lancar, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Misalnya, lakukan backup data penting dari akun lama, aktifkan fitur keamanan tambahan di Gmail baru, beri tahu kontak utama mengenai perubahan alamat, serta lakukan migrasi akun secara bertahap. Jadi, jika kamu mulai merasakan tanda-tanda di atas, inilah momen tepat untuk mempertimbangkan ganti Gmail atau setidaknya menambahkan akun baru demi kenyamanan dan produktivitas jangka panjang.