Menanggapi kebijakan Komisi Eropa, TikTok menyatakan kekecewaannya karena keputusan ini diambil tanpa sepengetahuannya. Menurut The Guardian pada November 2022, TikTok padahal sudah mengakui ke Uni Eropa bahwa kantornya di berbagai belahan dunia, termasuk China, memang bisa mengakses data pengguna TikTok.
"Jadi, kami beroperasi di bawah kecurigaan. Kurangnya transparansi dan proses hukum. Sejujurnya, siapa pun pasti ingin diberitahu soal masalah ini," tutur Director of Public Policy and Government Relations TikTok, Caroline Greer.
Bukan rahasia kalau negara-negara Barat takut dengan potensi China memata-matai mereka lewat TikTok, tuduhan yang disangkal oleh Beijing. Dilansir Reuters pada Februari 2023, Senat Prancis akan menyelidiki TikTok lebih lanjut. Selain itu, ternyata, saking banyaknya pengguna TikTok di Eropa, ini melewati batas Digital Services Act (DSA).
ilustrasi TikTok, aplikasi media sosial dari China (unsplash.com/Solen Feyissa)
Mengenai kekhawatiran keamanan siber, Greer menekankan bahwa ia tak bisa menjawab kekhawatiran tersebut karena dirinya dan TikTok tidak diberi tahu mengenai masalah ini. Meski begitu, Commissioner for the Internal Market UE, Thierry Breton, mengatakan kalau UE tak perlu menjabarkan alasan untuk berbagai keputusannya.
Greer mengatakan bahwa pada Januari 2023 lalu, CEO TikTok, Shou Zi Chew, sebenarnya telah bertemu dengan Breton dan komisioner UE lainnya di Brussels, Belgia. Namun, menanggapi keputusan Komisi Eropa, Shou diklaim merasa "khawatir dan bingung".
"Dia [Shou] selalu ada dan merespons Komisi [Eropa] ... Kami telah mengajukan permintaan pertemuan sesuai dengan kehendak mereka bagaimana pun caranya," ucap Greer dilansir Reuters.
Akhir kata, TikTok pun dibuat bingung dengan keputusan UE. Greer memungkasi pernyataannya dengan peringatan untuk lembaga UE lainnya agar melakukan penelitian terhadap TikTok sebelum membuat keputusan.