Sejak dulu, tidak bisa dimungkiri bahwa LinkedIn dipenuhi oleh orang-orang generasi Gen X dan Baby Boomers saja. Namun, seiring berjalannya waktu, para milenial dan Gen Z mulai menggunakan LinkedIn pula. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat kaum milenial dan Gen Z juga sudah mulai memasuki umur-umur untuk mencari pekerjaan, sehingga pilihan pun jatuh pada LinkedIn.
Rupanya, LinkedIn menyadari kenyataan tersebut. Mereka mengupayakan penyegaran pada LinkedIn, seperti menghadirkan fitur Stories ini. Bukan tanpa sebab, Stories memang laku keras digunakan, terutama di Instagram sebagai ajang pamer para milenial dan Gen Z.
Terlepas dari itu, LinkedIn juga memiliki harapannya sendiri dari kehadiran Stories ini. Mereka ingin para pengguna nantinya memaksimalkan Stories untuk menyebarkan hal-hal seputar pekerjaan. Contoh gampangnya adalah 'hal-hal yang bisa dipetik dari sebuah pekerjaan'.
Tidak hanya itu, LinkedIn juga ingin mendorong keterlibatan demografi yang lebih muda ke dalam LinkedIn. Rupanya mereka belum puas dengan peningkatan keterlibatan di platform LinkedIn setiap tahunnya yang sudah mencapai 25 persen.
Itulah beberapa hal yang perlu kamu tahu seputar kehadiran fitur Stories di LinkedIn. Kalau sudah diluncurkan secara resmi, apakah kamu tertarik untuk menggunakannya?