Dalam sebuah survei, ditemukan bahwa 87 persen eksekutif menyatakan bahwa mereka percaya AI memiliki potensi untuk mengatasi masalah iklim, membuka wawasan yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG) global dan membuka jalur baru untuk aksi iklim.
Dengan akses yang lebih cepat ke wawasan keberlanjutan TI dan rekomendasi yang didukung generatif AI, Lenovo dapat membantu bisnis mengembangkan jalur dekarbonisasi TI dengan hasil sustainability yang terukur.
"Di Lenovo, kami ingin menggarisbawahi bahwa sustainability merupakan keharusan bisnis dan hal yang paling penting bagi para pemimpin di semua industri," kata Claudia Contreras, Direktur Eksekutif Global Sustainability Services Lenovo.
Menurutnya, dengan mengedepankan atribut-atribut keberlanjutan, perusahaan memungkinkan pelanggan untuk membuka potensi peluang pengurangan emisi dan menerapkan solusi TI yang membantu mendorong tujuan-tujuan keberlanjutan.
Perusahaan asal China itu berkomitmen untuk mencapai emisi gas rumah kaca net-zero GHG pada tahun 2050, dengan target berbasis sains yang divalidasi melalui Science Based Targets initiative (SBTi) Net-Zero Standard.
Melalui LISSA, mereka juga berupaya memberdayakan pelanggan untuk membuat pilihan TI yang lebih berkelanjutan yang didukung oleh data dan membantu mendorong hasil yang terukur.
"Tidak ada satu jalur yang pasti, setiap pelanggan memiliki perjalanan sustainability yang unik dan membutuhkan akses ke data untuk mengukur kemajuannya. Lenovo bertujuan untuk membantu pelanggan membuat kemajuan nyata dengan wawasan sustainability berbasis data.