Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
National Technology Summit 2025 (IDN Times/Rifki Wuda)
National Technology Summit 2025 (IDN Times/Rifki Wuda)

Intinya sih...

  • Pemerataan akses internet di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa

  • Kondisi geografis dan sosial ekonomi unik menjadi tantangan utama dalam pemerataan jaringan internet

  • Konektivitas yang tidak merata disebabkan oleh kendala infrastruktur, ketimpangan ekonomi, dan regulasi yang belum seragam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan pemerataan akses internet di seluruh wilayahnya. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17 ribu pulau, upaya membangun konektivitas yang merata membutuhkan infrastruktur kompleks dan biaya tinggi.

Hal inilah yang disoroti oleh Eric Satya Arianto, Chief Technology and Network Officer LinkNet, dalam acara National Technology Summit 2025 bertema “We LINK The Nation for Sustainable Future”. Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara LinkNet dan APJII.

Menurut Eric, kondisi geografis dan sosial ekonomi Indonesia yang unik menjadi tantangan utama dalam pemerataan jaringan internet. Sekitar 55 persen populasi dan perekonomian nasional terpusat di Pulau Jawa, yang hanya mencakup 7 persen dari total daratan Indonesia.

Ketimpangan ini membuat pengembangan jaringan di luar Jawa menjadi lebih sulit dan mahal, sementara potensi keuntungan bisnisnya relatif lebih kecil.

Konektivitas yang tidak merata

Dalam salah satu sesi talk show bertajuk "Advancing Sustainable Network Technology to Linking the Nation", Eric menjelaskan bahwa membangun jaringan internet di wilayah kepulauan berarti harus berhadapan dengan berbagai kendala infrastruktur. Ini termasuk pembangunan kabel bawah laut hingga perizinan yang rumit.

"Untuk menghubungkan seluruh pulau, dibutuhkan banyak kabel power laut yang secara pembangunan dan operasional jelas lebih sulit dan mahal,” ujarnya pada Kamis (6/11/2025).

Selain itu, ketimpangan ekonomi antarwilayah membuat investasi di luar Jawa menjadi kurang menarik bagi penyedia layanan internet.

"Di Jawa, biaya pengembangan lebih rendah dan daya serap pengguna tinggi. Sementara di luar Jawa justru sebaliknya, biayanya tinggi, tapi daya belinya rendah,” tambahnya.

Eric juga menyoroti persoalan regulasi yang belum seragam antara penyedia infrastruktur dan layanan, serta kendala perizinan yang kerap memperlambat proses pembangunan jaringan. Akibatnya, meski perkembangan teknologi dan kebutuhan digital meningkat, pemerataan konektivitas masih berjalan lambat dan menantang.

Pemerataan akses internet di Indonesia memang bukan perkara mudah, mengingat tantangan geografis, ekonomi, dan regulasi yang kompleks. Dengan langkah tepat, cita-cita menghadirkan internet cepat dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia bukan lah hal yang mustahil.

Topics

Editorial Team