Masih segar dalam ingatan, pada 11 September 2001, 19 militan yang terhubung dengan kelompok ekstremis Islam al Qaeda membajak empat pesawat dan melancarkan serangan bunuh diri terhadap sasaran di Amerika Serikat. Dari 19 teroris tersebut, 15 di antaranya berasal dari Arab Saudi, 2 dari Uni Emirat Arab, 1 dari Lebanon, dan 1 lagi dari Mesir. Dua pesawat menabrak menara kembar World Trade Center di New York City, Amerika Serikat. Pesawat ketiga menghantam Pentagon di luar Washington, D.C. Sementara itu, pesawat keempat jatuh di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania. Hampir 3.000 orang tewas dalam serangan teroris 9/11 yang memicu serangkaian inisiatif besar di Amerika Serikat untuk melawan terorisme dan menentukan kendali saat masa kepresidenan George W. Bush.
Namun, ada insight menarik yang mungkin belum banyak diketahui. Dr. Robin Murphy, Ph.D., seorang profesor Ilmu Komputer di University of South Florida, membawa robot pencarian dan penyelamatan bersama tim mahasiswa pascasarjananya untuk bergabung dalam aksi penyelamatan di Ground Zero. Ini merupakan kali pertama robot digunakan dalam misi pencarian dan penyelamatan nyata di tengah reruntuhan menara kembar. Robot-robot tersebut dirancang untuk menelusuri puing-puing berbahaya dan sempit, mencari tanda-tanda kehidupan, serta membantu mengidentifikasi lokasi korban.
Penasaran tentang peranan robot dalam misi penyelamatan tragedi 9/11 di Amerika Serikat? Ayo, simak ulasan berikut ini!