Plakat pertanda kelulusan yang diberikan oleh Google Play. (IDN Times/Nena Zakiah)
Yang diprediksi akan memimpin industri game pada tahun 2027 mendatang adalah negara-negara Asia Pasifik (APAC), terutama China, Jepang, Korea, dan India. Menurut Sami, 55 persen dari 3 miliar gamer di dunia berasal dari kawasan APAC!
Ia memaparkan beberapa trivia menarik, yaitu gamer dari APAC memiliki waktu bermain tertinggi, dengan rata-rata 17,4 jam per minggu. Selain itu, usianya lebih muda dengan rata-rata 34,3 tahun.
"APAC juga memiliki infrastruktur hebat untuk menciptakan perusahaan game yang mapan, seperti konektivitas internet yang baik, yang menawarkan kecepatan tinggi, latensi rendah, koneksi yang andal dan tidak terputus, serta tidak ada jeda, bahkan ketika traffic game mencapai puncaknya," jelasnya.
Salah satu negara yang diapresiasi Sami adalah Indonesia. Sebagai pasar game terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki identitas dan budaya yang sangat unik. Ia mencontohkan "The Sun Shines Over Us", game visual novel naratif buatan Eternal Dream Studio yang berlatar belakang sekolah menengah atas Indonesia atau "Selera Nusantara", game memasak kuliner Indonesia.
Dalam sesi Q&A, ia mengatakan bahwa developer game Indonesia mempunyai banyak peluang untuk mendapatkan keuntungan. Ini karena Indonesia memiliki banyak talenta dengan energi dan kreativitas luar biasa. Apalagi, banyak developer di luar wilayah metropolitan seperti Bandung atau Bali yang tidak kalah kreatif karena mereka berada di lingkungan yang santai dan kondusif untuk membuat game.
Senada dengan Sami, Kunal menegaskan bahwa terdapat lebih dari 10.000 developer game Indonesia yang terdaftar di Google Play. Selain itu, ada lebih dari 150 juta orang Indonesia yang mengunjungi Google Play setiap bulan untuk menemukan aplikasi dan game yang mereka inginkan.