TikTok Buka-bukaan Soal Moderasi Konten

Platform video pendek TikTok baru-baru ini bicara soal algoritma. Perusahaan mengatakan bahwa algoritma mereka didasarkan pada grafik konten. Berbeda dengan platform media sosial yang menggunakan grafik pengikut (followers).
"Misalnya media sosial kamu punya 1.000 followers. Saat membuat konten, maka konten akan ditampilkan ke 10 persen pengikut. Sedangkan konten yang di TikTok, meski akunnya belum punya pengikut, akan tetap bisa dilihat user yang berminat akan konten dengan jenis tersebut," ujar Head of Communications TikTok Indonesia, Anggini Setiawan.
Dalam workshop FORWAT X TikTok 'Mengulik Lebih Jauh Cara Kerja Algoritma TikTok di Tengah Isu Hangat' yang diadakan di Jakarta pada Jumat (1/12/2023), perusahaan buka-bukaan mengenai sistem moderasi konten beserta alasan-alasan kenapa ada konten yang tidak lolos sensor.
Rute moderasi konten
Moderasi mereka merupakan gabungan antara mesin dan manusia. Jika perlu peninjauan lebih lanjut maka akan diteliti lebih jauh. Dari 40.000 moderator TikTok diseluruh dunia, ada 8 persen yang melakukan pemantauan untuk Bahasa Indonesia.
Jika terbukti melanggar, konten tidak akan tayang. Namun penilaian bisa jadi salah, oleh karena itu pengguna bisa mengajukan keberatan. Sedangkan kasus konten yang diturunkan bisa jadi karena ada laporan dari pengguna lain.
Anggini lebih dalam menjelaskan soal proses moderasi, berikut penjelasannya.
- Konten dibuat dan diunggah.
- Sistem otomatis menganalisis konten.
- Konten lolos peninjauan.
- Sedangkan konten yang ditandai karena kemungkinan penyalahgunaan akan dikirim untuk diteliti lebih dalam.
- Jika dinilai melanggar panduan komunitas, user bisa melakukan pengajuan keberatan. Mereka kemudian akan diberitahu tentang hasilnya, kemungkinan dihapus atau tetap bisa ditayangkan.
- Konten yang sebelumnya sudah lolos dari moderasi tapi dilaporkan pengguna, akan kembali ditinjau secara proaktif.