Kenapa Mobil Listrik Jalan di Tempat di Indonesia Tapi Tancap Gas di Negeri Jiran
Orang Indonesia belum bisa move on?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia sedang gencar untuk mengembangkan produksi mobil dalam negeri. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah universitas di Indonesia berlomba-lomba menciptakan mobil ramah lingkungan dan tanpa menggunakan bensin. Apalagi kalau bukan mobil listrik.
Sebuah mimpi besar bagi negara kita untuk melepas diri dari bahan bakar yang tidak murah ini. Sebuah angan-angan ketika masyarakat tidak perlu lagi lama-lama mengantri untuk membeli bensin. Dengan tenaga listrik, masyarakat tidak perlu lagi takut harga bensin yang naik turun mengikuti angka jual minyak dunia.
Namun, angan-angan itu nampaknya hanya tinggal mimpi. Awal tahun ini adalah buktinya, dikutip dari Kompas.com sebuah mobil bernama Sedan Sport Listrik Selo yang merupakan salah satu janji besar mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tetap tidak dapat unjuk gigi di Indonesia. Mobil ini lulus emisi dan kelayakan saja tidak. Selain itu mobil justru dianggap bermasalah dan pada akhirnya dibawa ke jalur hukum.
Apa kabar Sedan Selo sekarang? Baik-baik saja dan sedang dikembangkan dengan serius, tapi bukan di Indonesia. Melainkan di negara tetangga, Malaysia. Ricky Elson dan rekannya yang menciptakan Sedan Selo pun mencari bantuan di negeri tetangga. Janji-janji Dahlan Iskan pun pupus begitu saja. Ketua Umum Asosiasi Pengembang Kendaraan Listrik Bermerek Nasional (Apklibernas) pun mengakui kepergiaan mereka.
Kekecewaan, pasti. Sedih, apalagi. Ketika mau mencoba memberikan hasil yang baik bagi negeri justru tidak bisa terpenuhi. Justru orang-orang terhalangi untuk berkembang. Apa sih yang bikin mobil listrik gak bisa dijual di Indonesia?
Baca Juga: Kamu Pasti Sudah Tua Kalau Pernah Mendengar 10 Julukan Mobil Ini!
Limbah baterai dianggap berbahaya.
Diberitakan Tempo.co, Honda sendiri mengaku ragu untuk kembangkan teknologi transportasi di Indonesia. Baterai ringkas dan inovatif masih jadi hal yang harus dicapai. Pasalnya, baterai dapat digantikan secara portable dengan yang habis.
Akan tetapi, Honda justru pesimis dengan perkembangan teknologi tersebut di Indoesia. Menurut pihak Honda, masalah yang belum terselesaikan adalah jarak tempuh dan biaya dari mobil listrik ini. Selain itu, teknologi baterai pun dianggap tidak dapat menjangkau efisiensi teknologi kendaraan dengan BBM.
Tidak setuju adanya mobil listrik pun diutarakan Kepala Subdirektorat Uji Berkala Kendaraan Bermotor Kementerian Perhubungan Yusuf Nugroho menyebut baterai dari mobil bisa jadi limbah yang justru merugikan orang lain.
Baca Juga: 8 Mobil Mewah yang Ternyata Sering Bikin Polusi Udara di Jalan Raya