ilustrasi mobil hybrid (pexels.com/Gustavo Fring)
Usia baterai hybrid memang cukup panjang, tapi tetap ada banyak faktor yang juga memengaruhinya. Nah, kalau kamu ingin baterai awet, ada baiknya kamu memperhatikan beberapa hal berikut:
Cara mengemudi punya pengaruh besar. Kalau kamu sering akselerasi mendadak atau pengereman keras, siklus pengisian dan pengosongan baterai jadi lebih cepat sehingga memperpendek umurnya. Sebaliknya, kalau kamu berkendara dengan halus dan konsisten, baterai bisa bertahan lebih lama.
Baterai tidak suka dengan suhu ekstrem. Cuaca panas bisa mempercepat degradasi, sedangkan suhu dingin membuat efisiensinya turun. Jadi, jangan, parkir di bawah terik matahari, usahakan cari tempat teduh atau gunakan garasi supaya baterai terjaga.
Mobil hybrid dilengkapi sistem pendingin baterai. Kalau saluran pendingin tersumbat debu atau barang, baterai bisa cepat panas. Karena itu, kamu harus rajin membersihkan filter dan memastikan aliran udara ke baterai lancar. Sistem pendinginan yang baik bisa memperpanjang umur baterai secara signifikan, lho.
Servis berkala jadi kunci penting. Saat melakukan perawatan rutin, teknisi bisa mendeteksi dini jika ada masalah pada modul baterai. Bahkan software diagnostik sekarang bisa memantau kesehatan baterai secara detail. Jadi, jangan menunda servis karena bisa memengaruhi umur baterai mobil hybrid.
Selain faktor penggunaan, ada juga yang degradasi alami atau calendar aging. Artinya, meski jarak tempuh belum terlalu banyak, baterai tetap akan berkurang kapasitasnya seiring waktu. Biasanya, dalam 8 hingga 100 tahun, kapasitas baterai bisa turun sekitar 20 persen.
Jenis baterai juga memengaruhi. Baterai Lithium-ion (Li-ion) biasanya lebih tahan lama dibandingkan dengan Nickel-Metal Hydride (NiMH). Karena itu, beberapa mobil hybrid generasi terbaru sudah memakai Li-ion agar lebih efisien dan awet.