Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mobil Denza (denza.com)

Pasar otomotif Indonesia selama ini dikuasai oleh merek-merek asal Jepang seperti Toyota, Honda, dan Mitsubishi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, merek-merek asal Tiongkok mulai menunjukkan taringnya dan perlahan mengambil pangsa pasar.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk periode Januari hingga Februari 2025 mengungkap bahwa brand-brand China semakin agresif bersaing, terutama di segmen kendaraan listrik dan premium.

Salah satu kejutan terbesar datang dari Denza, merek premium milik BYD, yang langsung mencatat penjualan signifikan meskipun baru masuk ke Indonesia pada akhir Januari. Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa dominasi Jepang di industri otomotif Tanah Air mulai mendapat tantangan serius.

1. Denza langsung tancap gas

Mobil Denza (denza.com)

Masuk ke Indonesia pada akhir Januari 2025, Denza, sub-brand premium dari BYD, hanya butuh waktu kurang dari dua bulan untuk menyalip banyak merek besar yang sudah lama bercokol di Indonesia. Pada bulan pertama, Denza berhasil menjual 25 unit, dan angkanya melonjak drastis di Februari menjadi 912 unit, sehingga total penjualan dalam dua bulan pertama mencapai 937 unit.

Prestasi ini membuat Denza menduduki peringkat ke-13 dalam penjualan nasional, mengungguli merek-merek mapan seperti Mazda, BMW, Lexus, Mercedes-Benz, Mini, Volvo, Volkswagen, dan Kia. Ini adalah pencapaian luar biasa bagi brand yang baru debut di pasar Indonesia.

Denza menarik perhatian berkat desain futuristik, teknologi canggih, dan kenyamanan khas kendaraan premium. Berbeda dengan merek Jepang yang masih fokus pada mesin konvensional dan hybrid, Denza langsung masuk dengan model full electric, menargetkan segmen mobil listrik premium yang sedang berkembang di Indonesia.

Dengan strategi pemasaran yang agresif dan jaringan layanan yang semakin diperluas, tidak menutup kemungkinan Denza akan menjadi ancaman serius bagi merek-merek premium asal Jepang dan Eropa. 

2. Brand China mulai menikmati kue legit pasar mobil tanah air

Ilustrasi baterai mobil listrik (byd.com)

Selain Denza, merek-merek China lainnya juga menunjukkan peningkatan penjualan yang signifikan di Indonesia. Wuling, yang sudah lebih dulu eksis, berhasil menjual 2.945 unit (2,2% pangsa pasar) dalam dua bulan pertama tahun 2025. Chery juga mencatatkan angka yang solid dengan 2.570 unit (1,9% pangsa pasar), dan BYD – merek induk Denza – berhasil menjual jumlah yang sama.

Walaupun masih jauh di bawah dominasi merek Jepang, peningkatan ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia mulai terbuka terhadap produk-produk asal Tiongkok, terutama di segmen kendaraan listrik dan SUV. Harga kompetitif, fitur lengkap, serta teknologi mutakhir menjadi faktor utama yang menarik perhatian pembeli.

Sementara itu, merek-merek Jepang masih menguasai pasar, dengan Toyota (46.479 unit, 34,6% pangsa pasar), Daihatsu (21.942 unit, 16,3%), Honda (16.033 unit, 11,9%), Mitsubishi Motors (11.712 unit, 8,7%), dan Suzuki (9.732 unit, 7,3%) tetap berada di lima besar. Namun, tren pertumbuhan brand China bisa menjadi ancaman jangka panjang bagi dominasi mereka.

3. Merek Jepang harus waspada

Honda e:N1 (honda-indonesia.com)

Brand Jepang masih sangat kuat di Indonesia, terutama karena loyalitas konsumen dan jaringan layanan purna jual yang luas. Namun, merek-merek China kini bermain dengan strategi yang berbeda, yaitu menginovasi teknologi lebih cepat, menawarkan harga lebih kompetitif, serta berani masuk ke segmen kendaraan listrik yang belum banyak digarap oleh produsen Jepang.

Kesuksesan Denza dalam debutnya membuktikan bahwa brand China tidak bisa lagi dianggap remeh. Jika tren ini terus berlanjut, dalam beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin merek Jepang akan mulai kehilangan pangsa pasar mereka di Indonesia.

Persaingan semakin menarik, dan konsumen kini memiliki lebih banyak pilihan, terutama dalam kategori kendaraan listrik dan SUV premium. Jepang mungkin masih memimpin, tetapi Tiongkok telah memulai langkah besar untuk menggeser dominasi yang telah bertahan selama puluhan tahun

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team