ilustrasi mobil dengan setir di kanan (pexels.com/Mike Bird)
Sejarah mengapa mobil di Indonesia menggunakan setir kanan memiliki akar yang panjang dan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah urutan sejarah yang menjelaskan alasan mobil-mobil di Indonesia pakai setir kanan dengan lajur kiri.
1. Pengaruh Kolonial Belanda (1600-an hingga 1942)
Pada masa penjajahan Belanda, kebiasaan lalu lintas di Hindia Belanda (nama Indonesia saat itu) diadopsi dari aturan yang berlaku di Belanda. Pada waktu itu, Belanda menerapkan aturan mengemudi di sebelah kiri jalan sehingga setir mobil dipasang di sebelah kanan.
Pengaruh ini terjadi karena banyak negara Eropa pada era itu, termasuk Inggris, menggunakan sistem setir kanan. Hal itu dilakukan agar tangan kanan pengendara lebih leluasa untuk berpedang yang merupakan tradisi warisan sejak era berkuda dan kereta kuda. Nah, saat kendaraan bermotor mulai masuk ke Hindia Belanda pada awal abad ke-20, aturan ini tetap dipertahankan.
2. Peralihan Belanda ke Setir Kiri (1940-an)
Setelah Perang Dunia II, banyak negara di Eropa, termasuk Belanda, mulai beralih ke sistem mengemudi yang tadinya berada di sebelah kanan jalan menjadi setir di sebelah kiri. Hal ini dilakukan demi mengikuti standar internasional yang makin umum.
Meski begitu, perubahan ini tidak berlaku di Hindia Belanda (Indonesia). Sebab, Hindia Belanda memilih tetap mempertahankan aturan lama. Hal ini karena Belanda tidak lagi memiliki kontrol penuh setelah Jepang mengambil alih Indonesia pada 1942.
3. Pengaruh Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Selama Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia dan membawa pengaruh besar dalam beberapa aspek, termasuk transportasi. Jepang juga menggunakan aturan mengemudi di sebelah kiri dengan setir di kanan, seperti yang masih berlaku di Jepang hingga kini.
Namun, karena Jepang hanya menduduki Indonesia selama beberapa tahun, tidak ada pengaruh signifikan yang terjadi. Aturan mengemudi di Indonesia masih tetap melanjutkan kebiasaan yang sudah berlaku sejak era kolonial Belanda.
4. Pasca Kemerdekaan (1945 – Sekarang)
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia juga tidak mengubah aturan berkendara walau banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, mulai menerapkan sistem setir kiri.
Ada beberapa alasan utama yang membuat Indonesia tetap menggunakan setir kanan. Berikut alasan tersebut:
- Efisiensi: Mengganti sistem setir dan pola lalu lintas nasional akan memerlukan biaya yang sangat besar. Mengingat kondisi ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan belum stabil, hal tersebut tidak dianggap sebagai prioritas.
- Penyesuaian infrastruktur: Selain kendaraan, jalan raya, marka jalan, dan berbagai infrastruktur pendukung transportasi juga harus disesuaikan. Jika semua infrastruktur tersebut diubah, tentu membutuhkan investasi besar dan waktu lama.
- Konsistensi dengan negara tetangga: Banyak negara di sekitar Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, juga menggunakan setir kanan. Hal ini memudahkan perdagangan kendaraan dan perjalanan lintas negara karena standar yang serupa.