Setiap pabrikan memiliki strategi berbeda dalam memilih teknologi transmisi yang digunakan pada mobil mereka. Jika pabrikan Jepang seperti Toyota, Honda, atau Nissan banyak mengandalkan transmisi CVT (Continuously Variable Transmission), maka pabrikan Eropa justru lebih percaya pada DCT (Dual-Clutch Transmission). Perbedaan ini tidak hanya karena soal teknologi, tetapi juga filosofi desain, citra merek, dan ekspektasi konsumen di masing-masing pasar.
Mobil-mobil Eropa dikenal dengan DNA performanya. Baik itu Volkswagen, Audi, BMW, hingga Mercedes-Benz, semua membangun citra bahwa mobil mereka menawarkan pengalaman berkendara yang sporty, responsif, dan premium. Dari perspektif itu, transmisi DCT dianggap lebih sesuai dibanding CVT. Hal ini terlihat dari tren di pasar: Audi dengan DSG, Volkswagen dengan teknologi serupa, hingga Porsche dengan PDK, semuanya mengandalkan DCT sebagai senjata utama. Lalu, apa sebenarnya alasan di balik pilihan ini?