Pabrik mobil (honda.co.uk)
Dampak dari perang harga tidak hanya dirasakan oleh produsen mobil, tetapi juga menyeret seluruh rantai pasok otomotif, mulai dari pemasok komponen, produsen baterai, hingga jaringan diler dan servis. Ketika produsen menekan harga, pemasok juga ikut ditekan untuk menurunkan biaya, padahal mereka juga butuh margin untuk bertahan hidup.
Tak sedikit pemasok yang akhirnya kolaps atau menunda produksi. Hal ini menimbulkan efek domino: terhambatnya produksi mobil baru, kekurangan suku cadang, dan memburuknya layanan purna jual karena tekanan biaya yang terus-menerus.
Jadi, perang harga mungkin bisa menjadi solusi cepat untuk mengatasi penumpukan stok dan memikat konsumen, tapi jika dilakukan secara berlebihan, ia akan menjadi jalan pintas berbahaya yang merusak ekosistem industri secara keseluruhan. China, yang saat ini menjadi pusat industri otomotif dunia, terutama di sektor mobil listrik, berisiko kehilangan kestabilannya jika produsen tidak segera menyeimbangkan strategi antara volume penjualan, inovasi, dan keberlanjutan finansial.
Pemerintah Tiongkok sendiri sudah mulai memberikan sinyal untuk menghentikan praktik banting harga tak sehat ini, karena sadar bahwa kompetisi yang terlalu murah justru bisa mengorbankan masa depan industri otomotif nasional.
Sebab, jika China jatuh dalam siklus perang harga tak berujung, bukan hanya pasar lokal yang terguncang, tapi pasar global juga bisa terkena imbasnya. Maka, perlu keseimbangan antara harga yang kompetitif dan strategi bisnis jangka panjang yang sehat.