Reportase Lengkap Jalur Lintas Sumatra Padang-Jakarta

Jakarta, IDN Times - Hari masih pagi ketika Tim Jalan Pulang IDN Times bergerak dari Kota Padang menuju Jakarta pada Selasa, 27 Februari 2024. Seperti perjalanan dari Jakarta menuju Padang yang bisa kamu baca di sini, perjalanan pulang menuju Jakarta ini pun penuh kejutan dan tantangan.
Rute yang kami tempuh dari Kota Padang menuju Jakarta yaitu Bukittinggi-Pekanbaru-Jambi-Palembang-Jakarta. Total jarak tempuh dalam perjalanan pulang ini sekitar 1.600 km. Butuh enam hari untuk menuntaskan perjalanan tersebut. Cukup panjang dan karenanya melelahkan.
Tapi perjalanan pulang ini cukup menyenangkan karena banyak tempat yang kami singgahi, mulai dari masjid bersejarah, kuliner, pusat oleh-oleh, hingga wisata alamnya. Selain itu perjalanannya juga cukup memacu adrenalin kami.
Secara umum perjalanan pulang ini cukup lancar, meski kondisi jalannya sebagian besar tidak bisa dibilang mulus. Ada juga banjir yang harus kami terabas, juga ada hamparan hutan sawit yang harus kami tembus, hingga bersaing dengan truk-truk yang berjejer panjang.
Berikut reportase lengkap perjalanan Tim Jalan Pulang dari Kota Padang menuju Jakarta. Laporan perjalanan ini bisa menjadi rekomendasi buat kamu yang akan mudik dari Jakarta menuju Padang melalui jalur Lintas Timur Sumatra, melewati Kota Jambi dan Pekanbaru.
1. Kota Padang-Bukittingi: Pesona Air Terjun Lembah Anai dan Danau Maninjau
Tujuan pertama kami adalah Danau Maninjau. Lokasinya berada di Kabupaten Agam, Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Jaraknya dari Kota Padang sekitar 150 km atau dua jam perjalanan menurut Google Maps.
Perjalanan menuju Danau Maninjau cukup menyenangkan karena kondisi aspal yang mulus. Jalannya naik-turun berkelok-kelok dengan kiri-kanan pepohonan hijau, cukup memicu adrenalin kami.
Ada dua tempat yang kami singgahi sebelum masuk ke Kota Bukittingi, yakni Air Terjun Lembah Anai dan Sate Mak Syukur. Air Terjun Lembah Anai berada di Kecamatan Sepuluh Kota, Kabupaten Tanah Datar.
Air terjun setinggi 35 meter ini berada persis di tepi Jalan Raya Padang-Bukittinggi, sehingga kami bisa menikmati kesegarannya dari balik kaca jendela mobil. Kalau kamu ingin merasakan langsung airnya, kamu bisa parkir di tempat yang disediakan. Namun kami memilih untuk tidak menepi.
Kami langsung bergerak menuju restoran Mak Syukur yang berlokasi di Jalan Sutan Syahrir, Kecamatan Padang Panjang. Sate Padang di restoran ini sangat istimewa karena dagingnya begitu empuk dan kuah satenya yang terasa gurih. Dan yang terpenting, harganya sangat terjangkau.
Dari Mak Syukur, perjalanan kami lanjutkan menuju Danau Maninjau. Kali ini jalurnya sangat menantang karena kami harus melewati Kelok 44 yang terkenal akan tikungannya yang curam dan turunan serta tanjakannya yang sangat terjal.
Sesuai namanya, ada 44 tikungan di jalur ini. Semuanya tikungan membentuk huruf S yang sangat tajam. Perlu skill berkendara yang mumpuni dan mobil yang sehat untuk melewati jalur ini.
Untungnya kami menggunakan Mazda CX-60. Mobil ini dibekali mesin 3.300 cc yang bisa memuntahkan tenaga hingga 250 HP dengan torsi maksimal 450 Nm. Dengan tenaga sebesar ini, tanjakan-tanjakan di Kelok 44 pun dengan mudah kami lewati.
Perjalanan dengan pemandangan Danau Maninjau yang indah di Kelok 44 berakhir di halaman Rumah Kelahiran Buya Hamka. Buya Hamka adalah ulama, pejuang, sekaligus pujangga legendaris yang berasal dari Danau Maninjau.
Rumah kelahiran Buya tepat berada di bibir Danau Maninjau. Sehingga kami bisa menikmati Danau Maninjau dari halaman depan rumahnya. Sungguh indah.