Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-Padang

Lubang jalan, banjir, longsor membayangi perjalanan kami

Upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur jalan tol di Pulau Sumatra ternyata tak sia-sia. Sebab jumlah pelintas di jalan tol trans sumatra terus meningkat.

Pada arus mudik lebaran tahun lalu misalnya ada 3 juta kendaraan melintasi tol Lintas Sumatra. Angka ini naik sebesar 6 persen dari jumlah pemudik pada lebaran 2022.

Bahkan, pada liburan Natal dan Tahun Baru 2024 ada 1,5 juta kendaraan melintas di jalur Lintas Sumatra. Artinya jalur ini tidak lagi sepi seperti dulu dan bahkan sudah menjadi opsi utama para pelintas, termasuk pemudik. 

Gak mengherankan jika pemerintah memprediksi jumlah pemudik di jalur Lintas Sumatra pada lebaran 2024 ini bakal membludak. Tapi apa benar Jalan Lintas Sumatra sudah seaman itu?

Tim Jalan Pulang IDN Times mencoba mencicipi jalur Lintas Sumatra saat kami berkelana menuju Kota Padang dari Jakarta pada 22 Februari-3 Maret 2024. Kami mengambil rute Jakarta-Palembang-Lubuk Linggau-Dharmasraya-Kota Padang-Bukittingi-Pekanbaru-Jambi-Palembang-Jakarta. Secara total jarak yang kami tempuh sekitar 3.500 km.

Tujuan perjalanan ini untuk melihat apakah Jalur Lintas Sumatra sudah siap menyambut para pemudik yang akan pulang kampung  pada lebaran 2024. Dalam perjalanan selama 11 hari ini kami menggunakan dua mobil, yakni Mazda CX-60 dan Mazda CX-3.

Nah, berikut hasil reportase perjalanan kami.

1. Perjalanan nyaman hingga ke Palembang

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangTim Jalan Pulang melintasi Tol Lampung-Palembang (IDN Times/Dwi Agustiar)

Kami berangkat dari Jakarta menuju Palembang melalui tol Jakarta-Merak lalu dilanjutkan tol Bakauheni-Palembang. Jalan di sepanjang rute ini cukup nyaman karena hampir 90 persen perjalanan berada di jalan tol.

Kondisi jalan tol Jakarta-Merak cukup mulus, begitu juga tol Bakauheni-Palembang. Sejumlah rest area juga telah tersedia, baik di ruas tol Jakarta-Merak maupun tol Bakauheni-Palembang.

Hanya saja pastikan kamu membawa uang cash saat melintas di ruas tol Bakauheni-Palembang. Sebab banyak warung di rest area di sepanjang ruas tol Bakauheni-Palembang hanya menerima pembayaran secara tunai atau cash.

Selain persoalan uang cash, problem lain yang kami temui adalah banyaknya lubang di jalan setelah di Exit Tol Kayuagung Palembang. Lubang-lubang di sini cukup parah, apalagi kami melintasi jalan ini saat hari sudah malam dan hujan pula.

Selain itu jalan di exit Tol Kayuagung juga dipadati truk-truk besar. Sehingga harus ekstra waspada saat melintas di jalan ini, terutama saat malam hari.

2. Beli tiket penyeberangan Merak-Bakauheni harus menggunakan aplikasi Ferizy

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Oya, ada aturan baru bagi yang ingin menyeberang dari Pelabuan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni. Aturan baru tersebut yaitu tiket penyeberangan tidak bisa dibeli di tempat, melainkan harus dibeli secara online melalui aplikasi Ferizy.

Selain itu pembelian tiket juga harus dilakukan dalam radius tertentu dari pelabuhan. Aturan baru ini berlaku mulai Desember 2024. Berikut batas minimal radius pemesanan tiket kapal Feri seperti dikutip dari situs Instagram @asdp191:

  • Dari sisi terluar Pelabuhan Merak ke Hotel Pesona Merak atau sekitar 4,71 km
  • Dari sisi terluar Pelabuhan Bakauheni ke Balai Karantina Pertanian atau sekitar 4,24 km

Karena itu jangan lupa mengaktifkan GPS location di ponselmu, ya. Kalau sudah bisa membeli tiket, proses penyeberangan lumayan lancar. Kami menggunakan Ferry Express dan penyeberangan memakan waktu sekitar 2,5 jam.

3. Kondisi jalan mengenaskan setelah tol Prabumulih

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Kami bermalam di Palembang sebelum melanjutkan perjalanan menuju Lubuk Linggau keesokan harinya. Dari Kota Palembang, kami memasuki jalan tol menuju Kota Prabumulih. Tol ini baru beroperasi pada 30 Agustus 2023 dengan jarak tempuh sekitar 80 kilometer.

Kondisi jalan tol yang mulus dan relatif sepi membuat kami hanya membutuhkan waktu satu jam untuk menempuhnya. Meski baru diresmikan, ruas tol Palembang-Prabumulih sudah dilengkapi rest area, tepatnya pada kilometer 55. Rest area ini menyediakan tempat istirahat, toilet, musala, dan sejumlah outlet makanan.

Namun perjalanan menyenangkan di ruas tol Palembang-Prabumulih berakhir saat kami tiba di Kota Prabumulih. Sebab kondisi jalan dari Prabumulih menuju Lahat cukup mengenaskan. Selain penuh lubang, jalan Prabumulih-Lahat juga disesaki truk.

Jalan baru kembali mulus saat kami meninggalan Prabumulih menuju Lubuk Linggau melalui kota Lahat. Oya, kalau kamu melintas di jalan ini harap berhati-hati terhadap pengendara sepeda motor.

Sebab banyak dari mereka tidak menyalakan sein terlebih dahulu sebelum berbelok. Selain itu banyak juga pengemudi sepeda motor yang mengambil sisi kiri jalan sebelum berbelok ke kanan atau sebaliknya tanpa menyalakan sein. Benar-benar berbahaya!

4. Terpaksa menginap di SPBU

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Kami tiba di Lubuklinggau sekitar pukul 18.00 WIB. Kami menyempatkan diri melipir ke Masjid Agung As-Salam Lubuklinggau untuk salat dan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju Dharmasraya.

Langit sudah gelap ketika itu dan perjalanan masih menyisakan jarak sekitar 373 kilometer, melewati tiga provinsi yakni Sumatra Selatan-Jambi-Sumatra Barat. Perjalanan yang sepertinya akan terasa berat. Dan ternyata memang berat.

Sebab, selain jalan berlubang, penerangan jalan juga sangat minim. Untungnya tak banyak kendaraan yang melintas di jalan ini. Maklum saja, sebagian besar daerah yang kami lewati perkebunan sawit.

Satu hal yang harus kamu perhatikan saat melintas di jalur Lubuk Linggau-Dharmasraya pada malam hari: bensin. Sebab tak banyak SPBU di jalur ini dan rata-rata mereka sudah tutup pada pukul 21.00 WIB.

Perjalanan dari Lubuk Linggau menuju Dharmasraya kami tempuh dengan waktu sekitar 12 jam, karena kami sempat ‘menginap’ di SPBU Pertamina CODO 23.372.05 di Muaro Bungo pada dini hari sebelum beranjak lagi pada pagi harinya.

Menginap di SPBU Pertamina kini makin nyaman karena toilet dan musalanya bersih dan bagus. Demi memberikan kenyamanan konsumen saat melakukan pengisian BBM di SPBU, Pertamina melakukan pembenahan toilet dan musala.

5. Blusukan lewat jalur alternatif karena jalan utama ditutup

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Hari sudah pagi ketika kami bergerak lagi menuju Dharmasraya. Jarak dari tempat kami beristirahat di SPBU menuju Dharmasraya sebenarnya hanya tinggal 60 km tapi sesuatu terjadi di tengah perjalanan.

Saat kami memasuki perbatasan Provinsi Jambi dan Muaro Bungo ada pohon tumbang yang menutup jalan, persisnya di depan Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Musthafawiyah, Muaro Bungo, Jambi. Selain itu, jembatan penghubung di Jalan Lintas Sumatra menuju Kabupaten Dharmasraya juga terputus akibat luapan air sungai.

Kami kemudian memutuskan mencari jalur alternatif melewati jalur lintas lama yang sudah jarang dilewati warga. Kondisi di jalur alternatif ini cukup menantang karena topografi jalannya berbelok-belok, menanjak dan menurun, serta bertabur lubang.

Sementara di sisi kiri dan kanan jalan membentang hutan dan kebun. Hanya sesekali kami menjumpai perkampungan. Selain itu masih banyak hewan ternak seperti sapi dan kambing yang berkeliaran di tengah jalan.

Akhirnya, setelah blusukan selama sekitar empat jam di jalur alternatif, kami tiba di Dharmasraya.

6. Longsor mengintai di jalur Dharmasraya-Kota Padang

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Kami tiba di Dharmasraya sekitar pukul 11.00 WIB dan langsung melipir ke rumah makan Umega. Ini adalah rumah makan khas Minang yang cukup populer bagi para pelintas yang menuju Kota Padang dari Lubuk Linggau atau sebaliknya, sebab posisinya persis di antara kedua kota tersebut.

Menu di resto bervariasi, mulai dari rendang, ayam gulai, ayam bakar, gulai cingcang, hingga telur balado. Dan yang paling penting harganya cukup bersahabat. Sehingga kami menyempatkan mampir ke resto ini untuk makan siang sekaligus beristirahat sebelum beranjak lagi ke Kota Padang.

Jarak dari Dharmasraya menuju Kota Padang sekitar 200 kilometer dengan waktu tempuh 5-7 jam. Namun itu dengan asumsi perjalanan berjalan normal. Sebab perjalanan kami menuju Kota Padang ternyata penuh kejutan!

Dari RM Umega kami langsung bertolak ke Padang melewati Jalan Lintas Sumatra. Kondisi jalan hingga ke Sawah Lunto tidak bisa dibilang mulus. Sebab banyak sekali lubang, baik besar maupun kecil, bertebaran di sepanjang jalan.

Lubang-lubang tersebut membuat kami harus menurunkan kecepatan berkali-kali sehingga perjalanan menjadi tersendat. Kondisi tersebut semakin diperparah oleh hujan yang turun cukup deras saat kami melintas di Desa Sungai Lansek dan Desa Batuang di Kabupaten Sijunjung.

Selain lubang yang bertebaran di banyak ruas jalan, tantangan lain di jalur ini adalah banyaknya truk yang berseliweran di kiri dan kanan jalan. Truk-truk tersebut sering kali berjalan sangat lambat karena membawa beban berat. Pada saat yang sama jalanan cukup ramai, sehingga tidak mudah untuk menyalipnya.

Selain lubang dan truk, ancaman lain yang kami hadapi adalah tanah longsor, terutama setelah memasuki kawasan Sawahlunto. Daerah ini dikelilingi tiga kabupaten, yakni Tanah Datar, Solok, dan Sijunjung.

Ketiga kabupaten tersebut memiliki topografi layaknya kawasan Puncak di Jawa Barat yang berbukit dan penuh tebing. Ruas jalannya membentang di area perbukitan sehingga membuat kami harus menghadapi rute naik-turun dan berkelok-kelok cukup terjal.

Dengan ancaman lubang dan longsor di sepanjang jalan, kami akhirnya tiba di Kota Padang pada pukul 23.00 WIB. Kami pun langsung bergegas menuju hotel untuk beristirahat. Sebab perjalanan balik dari Kota Padang menuju Jakarta sudah menanti.

7. Perjalanan menjadi lebih menyenangkan dengan MyPertamina

Reportase Lengkap Jalur Mudik Lintas Sumatra Jakarta-PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Meski harus menempuh jarak yang lumayan jauh dengan berbagai tantangan, namun perjalanan dari Jakarta menuju Kota Padang ini terasa menyenangkan karena kami menggunakan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar.

Banyak keuntungan yang kami dapat dengan menggunakan MyPertamina, seperti pembayaran lebih efisien karena bisa dilakukan secara cashless. Selain itu, setiap pembelian Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamina Dex di SPBU terdaftar, kami juga akan mendapatkan poin. Poin ini bisa kami tukarkan dengan berbagai reward dan promo dari MyPertamina.  

Program Jalan Pulang ke Ranah Minang 2024 ini dipersembahkan oleh Pertamina Energizing You. Fasilitas dan layanan Pertamina selama mudik 2024 dapat diakses di website mypertamina.id dan untuk mendapatkan banyak promo agar mendownload aplikasi MyPertamina karena banyak keistimewaannya.

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya