Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
GJAW 2025
Toyota Veloz Hybrid melantai di GJAW 2025. (IDN Times/Fadhliansyah)

Intinya sih...

  • Tren penjualan mobil listrik murni (BEV) melampaui hybrid di Indonesia, dengan BEV mencatat angka wholesales sebanyak 30.327 unit, sementara hybrid hanya mencapai 22.819 unit.

  • Insentif untuk mobil listrik murni jauh lebih menarik dibandingkan hybrid, membuat harga total BEV lebih kompetitif dan pertumbuhan impor mobil listrik memperkuat tekanan kompetitif pada segmen hybrid lokal.

  • Meskipun Toyota Veloz Hybrid diluncurkan dengan harga murah, data saat ini menunjukkan bahwa BEV mulai unggul dalam penjualan di Indonesia dan berpeluang terus mengungguli hybrid.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Toyota membuat kejutan saat meluncurkan Veloz Hybrid di ajang GJAW yang digelar di ICE BSD, Tangerang, BSD, Jumat 21 November 2025. Sebab, Toyota Veloz Hybrid dijual dengan harga yang cukup murah untuk sebuah mobil hybrid, yakni Rp299 juta. Dengan harga ini, Veloz Hybrid diprediksi akan membuat persaingan dengan mobil listrik semakin sengit.

Benarkah tren mobil hybrid akan semakin naik, mengalahkan mobil-mobil listrik? Yuk, kita bahas bareng!

1. Tren penjualan di Indonesia: BEV mulai naik daun

BYD Sealion 7 (byd.com)

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil listrik murni (BEV) telah melampaui penjualan mobil hybrid di 2025. Selama Januari–Mei 2025, BEV mencatat angka wholesales sebanyak 30.327 unit, sementara hybrid hanya mencapai 22.819 unit. Bahkan dalam tiga bulan pertama 2025, BEV menorehkan pertumbuhan signifikan dibanding hybrid: misalnya di Maret tercatat 8.835 unit BEV, sedangkan hybrid 5.136 unit saja.

Data tersebut menunjukkan bahwa permintaan konsumen semakin condong ke mobil listrik murni, terutama karena semakin banyak model BEV yang tersedia, termasuk dari merek-merek China. Selain itu, pangsa pasar kendaraan elektrifikasi (hybrid + BEV) terus naik, dan BEV menyumbang bagian dominan.

2. Faktor Penghambat Hybrid: Insentif dan biaya

Mesin hybrid pada Innova Zenix (dok. TAM)

Salah satu penyebab mengapa hybrid sulit mengejar BEV adalah dari sisi kebijakan insentif. Menurut pakar dari LPEM UI, insentif untuk mobil listrik murni jauh lebih menarik dibandingkan hybrid. Pemerintah memberikan potongan PPnBM serta insentif PPN yang lebih besar untuk BEV, yang membuat harga total BEV lebih kompetitif.

Meski Veloz Hybrid hadir sebagai opsi “ramah bahan bakar” dan masih mengandalkan mesin bensin + motor listrik, insentif yang lemah bisa membuat penetrasi model hybrid menjadi terbatas. Selain itu, pertumbuhan impor mobil listrik juga memperkuat tekanan kompetitif pada segmen hybrid lokal. Pakar menyebut bahwa meski harga hybrid bisa lebih rendah dibanding EV premium, selisih insentif tetap membuat konsumen berpaling ke BEV.

3. Mobil hybrid masih harus berjuang keras

ilustrasi mesin mobil hybrid (auto2000.co.id)

Munculnya Toyota Veloz Hybrid dengan harga Rp 299 juta bisa dilihat sebagai strategi Toyota untuk mempertahankan relevansi di segmen elektrifikasi, terutama bagi konsumen yang lebih nyaman dengan teknologi hybrid atau belum siap beralih penuh ke BEV. Hybrid bisa menjadi jembatan antara mobil konvensional dan mobil listrik penuh.

Namun, tren jangka menengah dan panjang tampaknya berada di pihak BEV. Pertumbuhan penjualan BEV yang pesat, dukungan insentif yang lebih besar, dan banyaknya model BEV pendatang (termasuk dari merek Tiongkok) mengindikasikan bahwa BEV berpeluang terus mengungguli hybrid. Jika tren ini berlanjut, hybrid mungkin akan tetap menjadi segmen khusus (misalnya untuk konsumen Toyota loyal atau area dengan infrastruktur terbatas), tetapi sulit “mengalahkan” pasar BEV secara keseluruhan.

So, meskipun peluncuran Veloz Hybrid seharga Rp 299 juta menunjukkan bahwa hybrid masih dianggap relevan oleh produsen besar, data saat ini menunjukkan bahwa BEV mulai unggul dalam penjualan di Indonesia. Jika insentif dan pilihan model BEV terus berkembang, kemungkinan besar mobil listrik murni akan terus menguasai segmen elektrifikasi, dan hybrid mungkin akan berfungsi lebih sebagai jembatan transisi daripada raja pasar elektrifikasi jangka panjang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team