Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi monil sport
ilustrasi mobil sport (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Cara kerja yang berbeda menentukan beban komponenTransmisi CVT bekerja dengan sistem sabuk baja dan pulley yang terus menyesuaikan rasio secara halus. Sementara transmisi manual menggunakan gear set yang perpindahannya dikendalikan pengemudi.

  • Pemakaian harian kota lebih menguras CVT dibanding manualCVT harus terus mengubah rasio di perkotaan penuh stop-and-go, kemacetan, dan perubahan kecepatan mendadak. Manual cukup tangguh asalkan tidak sering menginjak kopling.

  • Perawatan CVT lebih sensitif, manual lebih sederhanaCVT membutuhkan oli khusus dan perawatan disiplin. Transmisi manual lebih mudah dirawat, oli tidak se-sensit

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perdebatan soal transmisi CVT dan manual sudah lama jadi bahan diskusi para pengguna mobil. Banyak yang menilai CVT lebih modern dan halus, sementara manual dianggap lebih tahan banting. Namun, saat bicara soal keawetan untuk penggunaan harian, ternyata jawabannya tidak sesederhana itu.

Setiap jenis transmisi punya karakteristik, cara kerja, dan titik kelemahannya masing-masing. Hal inilah yang membuat ketahanannya berbeda pada tiap kondisi pemakaian. Untuk memahami mana yang lebih awet, kamu perlu melihat bagaimana kedua transmisi ini bertahan terhadap kebiasaan berkendara harian.

1. Cara kerja yang berbeda menentukan beban komponen

ilustrasi transmisi (pexels.com/Raduz)

Transmisi CVT bekerja dengan sistem sabuk baja dan pulley yang terus menyesuaikan rasio secara halus. Ini membuat perpindahan tidak terasa dan mesin selalu berada di putaran optimal. Namun, sabuk baja dan pulley itu bekerja keras menjaga kelancaran rasio sehingga komponen sering berada pada tekanan tinggi.

Sementara itu, transmisi manual menggunakan gear set yang perpindahannya sepenuhnya dikendalikan pengemudi. Sistem ini lebih sederhana dan minim komponen bergerak. Karena desainnya lebih mekanis dan tidak bekerja terus-menerus menyesuaikan rasio, komponen manual cenderung lebih tahan terhadap beban jangka panjang.

2. Pemakaian harian kota lebih menguras CVT dibanding manual

ilustrasi orang memegang tuas transmisi (unsplash/will dutton)

Lingkungan perkotaan penuh dengan stop-and-go, kemacetan, dan perubahan kecepatan mendadak. Kondisi seperti ini membuat CVT harus terus mengubah rasio, sehingga sabuk dan pulley bekerja tanpa henti. Walaupun terasa nyaman, beban ini bisa memperpendek umur komponen jika tidak dirawat dengan benar.

Manual justru cukup tangguh menghadapi situasi macet asalkan pengemudi tidak terlalu sering menginjak setengah kopling. Gear pada transmisi manual tidak terus-menerus berubah rasio seperti CVT. Selama kopling dan perpindahan gigi dilakukan dengan benar, manual bisa bertahan lebih lama dalam kondisi harian yang padat.

3. Perawatan CVT lebih sensitif, manual lebih sederhana

Ilustrasi mekanik mengecek kelistrikan mesin mobil (pexels.com/Gustavo Fring)

CVT membutuhkan oli khusus dengan spesifikasi tinggi agar sabuk dan pulley bisa bekerja halus dan tidak cepat aus. Penggantian oli CVT yang telat bisa mempercepat kerusakan dan membuat transmisi terasa selip. Karena itu, perawatan CVT harus lebih disiplin dan tidak boleh diabaikan.

Sementara itu, transmisi manual cenderung lebih mudah dirawat karena komponennya lebih sedikit dan lebih kuat secara mekanis. Oli manual biasanya tidak se-sensitif CVT, dan interval penggantiannya juga lebih fleksibel. Jika ada kerusakan, biaya perbaikan manual pun jauh lebih murah dan sederhana dibanding CVT.

4. Gaya berkendara sangat memengaruhi umur keduanya

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/pexels)

Pengemudi yang suka menginjak gas agresif akan membuat CVT bekerja lebih keras karena harus menahan torsi tinggi. Hal ini bisa mempercepat keausan pada sabuk dan pulley. Berkendara halus adalah kunci panjang umur CVT, karena sistemnya dirancang untuk efisiensi dan kenyamanan, bukan agresivitas.

Pada manual, cara mengganti gigi yang kasar, sering selip kopling, atau memaksakan gigi masuk juga bisa memperpendek umur. Meski lebih tangguh, manual tetap bisa rusak bila digunakan tanpa teknik yang benar. Jadi, keawetannya sangat bergantung pada kebiasaan pengemudi.

5. Ketahanan jangka panjang

ilustrasi mobil SUV (pexels.com/Connor McManus)

Secara umum, transmisi manual punya reputasi lebih awet untuk penggunaan harian, terutama pada mobil-mobil yang sering dipakai dalam kondisi berat. Gear set yang kokoh dan sistem sederhana membuat manual mampu bertahan hingga ratusan ribu kilometer dengan perawatan minimal. Ini alasan banyak mobil niaga masih mengutamakan transmisi manual.

Namun, teknologi CVT modern sudah jauh berkembang. Bahan sabuk lebih kuat, sistem pendinginan lebih baik, dan oli khusus sudah semakin optimal. CVT yang dirawat benar juga bisa awet dan nyaman, meskipun tetap tidak setangguh manual untuk penggunaan ekstrem atau beban berat.

Pada akhirnya, faktor paling menentukan bukan hanya jenis transmisinya, tetapi juga cara pemakaian dan perawatan. Jika kamu menginginkan transmisi yang sederhana, kuat, dan murah perawatannya, manual jelas menawarkan keawetan lebih untuk harian. Tapi jika yang kamu prioritaskan adalah kenyamanan dan kehalusan, CVT tetap pilihan yang sangat baik selama kamu rajin merawatnya.

CVT dan manual sama-sama bisa awet jika dipakai dengan benar. Yang penting, sesuaikan pilihan dengan kebutuhan, kebiasaan berkendara, dan kondisi jalan yang kamu hadapi setiap hari. Dengan begitu, kamu bisa menikmati performa optimal tanpa takut over-maintenance atau kerusakan lebih cepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team