Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lelah berkendara (freepik.com/diana.grytsku)
ilustrasi lelah berkendara (freepik.com/diana.grytsku)

Intinya sih...

  • Kurang kualitas tidur meski durasi cukup

  • Ritme sirkadian terganggu

  • Monotonnya kondisi jalan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rasa kantuk yang muncul tiba-tiba saat berkendara sering terasa misterius, apalagi kalau sebelumnya sudah beristirahat dengan cukup. Microsleep bisa terjadi dalam hitungan detik, tapi dampaknya fatal ketika tubuh kehilangan kendali dan mata menutup tanpa disadari. Fenomena ini sering menimpa pengemudi yang merasa segar di awal perjalanan, namun tubuh ternyata belum sepenuhnya siap untuk waspada dalam jangka waktu lama.

Karena itu, penting buat selalu kenali berbagai faktor yang memicu microsleep, meski sudah merasa cukup istirahat. Semakin sadar sama risiko ini, semakin aman perjalanan dengan kendaraan kesayangan. Yuk tetap peduli sama kondisi tubuh dan lingkungan sekitar sebelum roda mulai berputar supaya semuanya tetap selamat sampai tujuan.

1. Kurang kualitas tidur meski durasi cukup

ilustrasi lelah (freepik.com/Drazen Zigic)

Tidur panjang belum tentu tidur yang berkualitas. Kadang seseorang terlelap dengan durasi panjang, tapi sering terbangun atau tidur dalam kondisi tubuh belum rileks sepenuhnya. Akibatnya, otak gak dapat pemulihan optimal untuk menjaga fokus saat berkendara.

Kalau kualitas tidur terganggu karena stres, gadget sebelum tidur, atau kebiasaan makan terlalu malam, rasa lelah yang tertinggal bisa memicu microsleep. Walau sudah rebahan berjam-jam, rasa kantuk bisa kembali menyerang. Kondisi ini rentan terjadi saat perjalanan jauh yang memerlukan konsentrasi penuh di jalan.

2. Ritme sirkadian terganggu

ilustrasi lelah berkendara (freepik.com/freepik)

Tubuh punya jam biologis alami yang mengatur kapan terasa segar dan kapan mulai mengantuk. Ritme ini biasanya menurun pada jam-jam tertentu seperti tengah malam atau siang hari setelah makan. Kalau berkendara di jam rawan, risiko microsleep meningkat signifikan.

Meski sebelumnya sudah istirahat, ketidaksesuaian antara jam istirahat dan aktivitas bisa mengacaukan kewaspadaan. Contohnya bekerja malam kemudian menyetir pagi, tubuh butuh waktu adaptasi untuk kembali stabil. Ketika ritme terganggu, sistem pertahanan tubuh terhadap kantuk jadi menurun drastis.

3. Monotonnya kondisi jalan

ilustrasi jalan tol (pexels.com/Markus Spiske)

Jalan tol yang lurus panjang dan pemandangan serba sama sering membuat otak kehilangan stimulasi. Ketika situasi terlalu monoton, otak perlahan masuk mode hemat energi. Fokus menurun karena gak ada hal menarik yang memancing perhatian.

Kondisi ini lebih berbahaya kalau pengemudi merasa sudah cukup istirahat sehingga terlalu percaya diri. Tubuh merasa nyaman, suhu kabin dingin, dan perjalanan stabil bisa memicu relaksasi berlebihan. Tanpa sadar, mata mulai terasa berat dan microsleep datang menyergap.

4. Konsumsi kafein atau energi drink berlebihan

ilustrasi pria minum kopi (pexels.com/Edmond Dantès)

Kafein sering dianggap penyelamat saat rasa kantuk menyerang. Namun konsumsi berlebihan justru dapat berefek sebaliknya. Setelah efek kafein menurun, tubuh akan mengalami penurunan energi mendadak.

Walau sebelumnya sudah tidur, penggunaan kafein ekstra sering membuat tubuh gak bisa tidur berkualitas. Saat akhirnya menyetir, sistem saraf masih kacau antara terjaga dan kelelahan. Inilah momen di mana microsleep jadi lebih mudah muncul tanpa bisa dicegah.

5. Kondisi tubuh mengalami fatigue tersembunyi

ilustrasi lelah berkendara (freepik.com/pvproductions)

Kadang tubuh tampak segar, tapi sebenarnya masih menyimpan rasa lelah dari aktivitas sebelumnya. Fatigue jenis ini gak selalu terasa seperti mengantuk, melainkan menurunnya refleks, fokus, dan daya tahan otak dalam menjaga kewaspadaan. Microsleep jadi tanda bahwa tubuh sudah mencapai batas.

Kalau pengemudi baru pulih dari kondisi kurang enak badan, perjalanan jauh bisa membuat sistem tubuh kembali melemah. Rasa lelah yang disangkal membuat sinyal kantuk gak terlalu terasa sampai akhirnya terlambat. Lebih baik berhenti sejenak dan memulihkan energi sebelum bahaya datang.

Microsleep bisa menyerang siapa saja, bahkan yang merasa bugar setelah beristirahat. Lebih baik tetap waspada terhadap berbagai faktor pemicunya supaya perjalanan gak berubah jadi petaka. Keselamatan selalu jadi prioritas utama saat berada di balik kemudi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team