TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Yamaha: Solusi Atasi Polusi Bukan Cuma Kendaraan Listrik

Kendaraan listrik masih butuh jalan panjang di Indonesia

Press conference Yamaha E01 (IDN Times/Fadhliansyah)

Jakarta, IDN Times - Assistant General Manager Marketing - Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Antonius Widiantoro, menegaskan, kendaraan listrik bukan satu-satunya cara menuntaskan masalah polusi udara di Indonesia.

Anton menyebut, masih ada teknologi lain yang bisa dicapai untuk menerapkan carbon neutral di Indonesia. Kendaraan listrik hanya jadi salah satu elemen saja.

"Yang dikejar oleh pemerintah kan carbon neutral. Saya sudah berkali-kali ngomong, untuk mencapai carbon neutral salah satunya pakai EV (kendaraan listrik). Tapi EV bukan satu-satunya untuk mencapai carbon neutral," ujar Anton saat ditemui di Jawa Timur, Senin (21/8/2023).

1. Soal kendaraan listrik, Indonesia masih butuh waktu

PLN menyiapkan kendaraan listrik dan juga Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk para delegasi G20. (Dok. PLN)

Anton mengatakan agar masyarakat Indonesia bisa beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik, pabrikan dan masyarakat masih butuh waktu. Apalagi, harga baterai untuk kendaraan listrik saat ini masih cenderung mahal.

"Yang membuat harga EV mahal itu apa? Baterai kan? Itu sudah 60 persen. Tapi itu untuk saat ini, kita gak tahu dua-tiga tahun ke depan teknologi baterai bisa makin kompak, makin kecil dan daya tempuhnya makin panjang," ujar dia.

2. Jepang bisa jadi percontohan

Ilustrasi kendaraan listrik

Lebih lanjut, Anton menyebut, Jepang bisa jadi contoh soal pengembangan kendaraan ramah lingkungan. Di sana, pengembangan kendaraan ramah lingkungan tidak hanya difokuskan pada kendaraan listrik, tetapi juga sumber tenaga non-fosil lain.

"Jadi sambil berjalan, kita melihat kemanjuan EV seperti apa. Di Jepang sendiri mereka mengembangkan teknologi-teknologi lain, salah satunya pakai hidrogen dan sebagainya yang bisa menjadi alternatif untuk mengurangi bahan bakar fosil," ujar dia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya