Benarkah Top Speed dan Akselerasi Harus Saling Mengorbankan?
- Akselerasi cepat membuat top speed menurun karena pengaturan komponen seperti roller ringan dan per CVT lebih keras, sehingga mesin kehilangan efisiensi di putaran atas.
- Setelan top speed yang tinggi menggunakan roller lebih berat dan per CVT lebih lembut, namun mengorbankan tarikan awal yang menjadi berat dan lambat.
- Dengan penyetelan yang tepat, motor matik bisa dibuat responsif di bawah tetapi tetap punya nafas panjang di atas dengan mencari kompromi pada setiap komponen.
Banyak modifikator performa motor sering merasa bingung: ketika motor dibuat cepat di awal, top speed terasa susah diraih. Sebaliknya, ketika motor mulai kuat di putaran atas dan bisa berlari kencang, tarikan awal justru terasa berat. Fenomena ini sering dianggap wajar, tetapi sebenarnya ada penjelasan teknis di baliknya.
Hubungan antara akselerasi dan top speed memang sangat erat dengan karakter mesin dan sistem transmisi, terutama pada motor matik yang menggunakan CVT. Namun, apakah benar keduanya tidak bisa didapat sekaligus? Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Mengapa akselerasi cepat membuat top speed menurun
Akselerasi cepat terjadi ketika motor mampu mengeluarkan torsi besar di putaran bawah. Untuk mencapainya, pengaturan komponen seperti roller ringan, per CVT lebih keras, atau setelan campuran bahan bakar lebih padat biasanya diterapkan. Efeknya, motor langsung “ngacir” sejak gas dibuka sedikit.
Namun, karakter seperti ini membuat rpm mesin cepat naik dan mencapai batas maksimal lebih cepat pula. Ketika roller terlalu ringan atau per terlalu keras, CVT tidak bisa melakukan perubahan rasio secara optimal, sehingga putaran atas justru kehilangan efisiensi. Akibatnya, meski tarikan awal galak, motor seperti “kehabisan nafas” dan sulit menembus top speed tinggi. Inilah alasan umum kenapa setting akselerasi sering berbanding terbalik dengan kecepatan puncak.
2. Bagaimana setelan top speed justru mengorbankan tarikan bawah
Untuk mendapatkan top speed tinggi, karakter motor harus dibuat “bertenaga panjang” di putaran atas. Caranya biasanya memakai roller lebih berat, per CVT lebih lembut, dan knalpot yang memiliki karakter nafas panjang. Dengan begitu, CVT lebih cepat naik rasio sehingga mesin tidak terlalu tinggi rpm di awal, dan tenaga lebih stabil menuju kecepatan maksimum.
Sayangnya, efek sampingnya adalah tarikan awal menjadi berat. Roller berat sulit mendorong rpm naik cepat, sehingga akselerasi bawah terasa lambat, terutama saat start atau menyalip. Motor memang kuat saat sudah melaju, tetapi perlu waktu panjang untuk mencapai kecepatan tersebut. Karena itulah, setelan top speed sering membuat motor kehilangan tenaga di putaran bawah.
3. Apakah harus selalu mengorbankan salah satu?

Secara teknis, akselerasi dan top speed memang berada di dua ujung karakter mesin yang berbeda. Namun, bukan berarti keduanya tidak bisa seimbang. Dengan penyetelan yang tepat, motor matik bisa dibuat responsif di bawah tetapi tetap punya nafas panjang di atas.
Caranya adalah mencari kompromi: roller tidak terlalu ringan atau berat, per CVT yang sesuai kebutuhan, serta pencampuran udara dan bensin yang stabil di seluruh rentang rpm. Knalpot pun sebaiknya tipe harian yang mendukung torsi bawah namun tetap memberi aliran gas buang yang lancar di putaran tinggi.
Setiap motor memiliki karakter dasar yang berbeda, sehingga penyetelan terbaik bergantung pada kondisi mesin dan kebutuhan pengendara. Intinya, kita tidak bisa mendapatkan akselerasi ekstrem sekaligus top speed ekstrem tanpa konsekuensi, tetapi kita bisa mendapatkan keseimbangan yang sangat baik untuk penggunaan harian. Kuncinya adalah kombinasi yang tepat, bukan memaksimalkan salah satu secara berlebihan.









![[QUIZ] Yuk! Tebak Singkatan Otomotif, Anak Oto Wajib Coba](https://image.idntimes.com/post/20241102/screen-shot-2024-11-02-at-112211-am-d6327322b42c0256325b3893b74037c9.png)







