Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rem ABS (unsplash.com/Hans Ripa)
ilustrasi rem ABS (unsplash.com/Hans Ripa)

Rem ABS (Anti-lock Braking System) kini semakin umum ditemukan pada motor-motor modern di Indonesia. Sistem ini dirancang untuk mencegah roda mengunci saat pengereman mendadak, sehingga motor tetap stabil dan pengendara bisa tetap mengendalikan arah laju kendaraan. Banyak orang menilai ABS sebagai fitur keselamatan yang wajib, terutama bagi pengguna yang sering berkendara di lalu lintas padat atau kecepatan tinggi.

Meski begitu, bukan berarti sistem ini tanpa kekurangan. Pengendara tetap perlu memahami batasannya sebelum memutuskan untuk membeli motor berfitur ABS. Dengan mengetahui sisi kurang idealnya, pengguna dapat mempertimbangkan kebutuhan, gaya berkendara, serta kondisi jalan yang sering dilalui.

1. Biaya kepemilikan dan perawatan lebih tinggi

Tinggi jok Honda ADV 160 sekarang lebih bersahabat (IDN Times/Fadhliansyah)

Salah satu kekurangan utama ABS adalah harga motor yang lebih mahal dibandingkan versi non-ABS. Perbedaan harga bisa mencapai jutaan rupiah karena teknologi sensor, modul kontrol, dan komponen tambahan yang lebih kompleks. Bagi konsumen yang mencari motor terjangkau, ini bisa menjadi pertimbangan besar.

Selain itu, biaya perawatan dan perbaikan ABS cenderung lebih tinggi. Jika modul ABS atau sensor mengalami kerusakan, komponen tersebut tidak dapat diperbaiki secara sederhana dan umumnya harus diganti. Perawatan sistem pengereman juga membutuhkan mekanik yang lebih berpengalaman, sehingga ongkos servis bisa ikut meningkat.

2. Kemungkinan respons kurang ideal di permukaan tertentu

Honda ADV 160 enteng diajak manuver (Dok. AHM)

Meski sangat membantu di jalan beraspal kering, ABS tidak selalu memberikan hasil terbaik di permukaan tertentu seperti pasir, kerikil, tanah basah, jalan berlumpur, atau jalan bergelombang. Pada kondisi ini, beberapa pengendara justru merasa pengereman menjadi sedikit lebih panjang karena ABS mencegah roda mengunci.

Pada motor off-road atau trail, beberapa rider lebih memilih rem konvensional karena dapat mengontrol selip ban sesuai kebutuhan medan. Hal ini membuat ABS kurang ideal untuk pengendara yang sering menjelajah jalan rusak atau medan ekstrem. Bahkan, sebagian motor adventure menyediakan opsi mematikan ABS saat off-road agar pengereman lebih sesuai karakter tanah.

3. Rasa aman berlebihan dan gaya berkendara kurang bijak

Mengetes akselerasi Honda ADV 160 (Dok. AHM)

Fitur ABS sering membuat pengendara merasa lebih aman, tetapi rasa percaya diri berlebihan juga dapat menjadi kelemahan tersendiri. Banyak pengendara pemula mengira ABS mampu menghentikan motor lebih cepat dalam situasi apa pun, padahal sistem ini hanya menjaga roda tetap berputar agar motor tidak kehilangan kendali—bukan memperpendek jarak pengereman secara otomatis. Jika pengendara tidak menjaga kecepatan, jarak aman, dan kondisi ban, ABS tidak akan sepenuhnya membantu. Selain itu, rem ABS tetap membutuhkan teknik pengereman yang benar, termasuk menyesuaikan tekanan rem dan membaca situasi jalan. Keselamatan tetap bergantung pada perilaku berkendara, bukan hanya fitur.

Pada akhirnya, ABS adalah fitur keselamatan yang sangat bermanfaat, tetapi bukan solusi sempurna untuk semua kondisi. Pengendara tetap perlu memahami keterbatasannya, menyesuaikan gaya berkendara, dan mempertimbangkan lingkungan penggunaan sehari-hari sebelum menentukan pilihan. Dengan begitu, keputusan membeli motor ABS dapat lebih sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team