Jakarta, IDN Times - Menjadi montir barangkali tak masuk dalam daftar cita-cita kebanyakan perempuan. Sebab menjadi montir berarti harus berkutat di bengkel, berteman obeng, tang, dan sering harus belepotan oli yang kerap membuat ujung kuku menghitam.
Begitu pula dengan Siti Fatimah. Perempuan kelahiran 1985 yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, ini tak pernah memasukkan montir dalam daftar cita-citanya. "Saya ingin menjadi guru," katanya kepada IDN Times beberapa waktu lalu.
Namun semuanya berubah ketika ia mengoprek Honda Grand pada 1997 silam. Saat itu dirinya begitu excited membongkar mesin kemudian menyusunnya lagi setelah diperbaiki.
Sebelumnya ia sering membongkar barang-barang rusak, seperti setrika. Tapi sensasinya tak seperti membongkar mesin motor.
"Saya merasa kok enak sekali mengoprek mesin," katanya. Sejak itu cita-cita menjadi guru perlahan memudar. Sebagai gantinya ia ingin menjadi montir.