Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi naik motor (pexels.com/ Yogendra Singh)
ilustrasi naik motor (pexels.com/ Yogendra Singh)

Touring motor selalu memberi sensasi kebebasan yang sulit digantikan. Angin menerpa wajah, pemandangan berganti cepat, dan perjalanan panjang terasa seperti petualangan tanpa batas. Namun, di balik keseruannya, tubuh pengendara bekerja lebih keras dari yang terlihat. Terpapar panas matahari berjam-jam, memakai riding gear tebal, dan minimnya istirahat bisa membuat tubuh kewalahan.

Salah satu risiko yang sering diremehkan adalah heatstroke, kondisi berbahaya ketika suhu tubuh naik di atas batas normal karena paparan panas berlebih. Gejalanya tidak selalu langsung terasa, sehingga banyak biker baru sadar ketika kondisi sudah parah. Karena itu, memahami bahaya dan cara mencegah heatstroke menjadi bekal penting sebelum memulai perjalanan jauh.

1. Heatstroke mengintai ketika tubuh tidak mampu mendinginkan diri

ilustrasi orang naik motor (freepik.com/bublikhaus)

Heatstroke terjadi ketika suhu tubuh naik hingga sekitar 40 derajat Celsius dan tidak bisa lagi turun secara alami. Saat touring motor, risiko ini meningkat karena beberapa faktor: matahari terik, riding gear yang menahan panas, dehidrasi, dan terpaan angin yang justru membuat tubuh salah membaca kondisi. Pengendara sering merasa “dingin kena angin”, padahal tubuhnya sedang kepanasan.

Gejala awalnya antara lain pusing, mual, kulit memerah, detak jantung cepat, hingga kebingungan ringan. Jika dibiarkan, kondisi bisa memburuk menjadi kehilangan kesadaran atau kejang. Banyak bikers mengira ini hanya kelelahan biasa, padahal heatstroke adalah kondisi medis darurat yang harus segera ditangani. Saat touring, berhenti sejenak untuk menenangkan tubuh jauh lebih penting daripada memaksakan diri mengejar target jarak.

2. Dehidrasi mempercepat tubuh masuk ke fase berbahaya

Ilustrasi pria berkendara naik motor (freepik.com/freepik)

Ketika touring motor, tubuh kehilangan cairan lebih cepat daripada yang dirasakan. Keringat menguap karena terkena angin, sehingga pengendara merasa tidak terlalu berkeringat padahal cadangan cairan tubuh terus menipis. Ketika cairan kurang, tubuh kesulitan mengatur suhu. Inilah awal dari rantai masalah yang berujung heatstroke.

Dehidrasi saat touring biasanya ditandai dengan tenggorokan kering, bibir pecah, kepala terasa ringan, hingga penurunan fokus. Banyak kecelakaan touring justru terjadi karena konsentrasi menurun akibat kekurangan cairan. Jika gejala dehidrasi muncul, tubuh sebenarnya sudah memberi alarm keras. Karena itu, penting bagi pengendara untuk minum sebelum haus, bukan menunggu setelah tubuh kelelahan. Minuman elektrolit juga lebih efektif karena membantu mengganti garam mineral yang hilang.

3. Pencegahan heatstroke bisa dilakukan dengan langkah sederhana

ilustrasi touring naik motor (pexels.com/Zaur Takhgiriev)

Meski berbahaya, heatstroke sangat bisa dicegah. Kuncinya ada pada manajemen waktu, hidrasi, dan perlindungan tubuh dari panas. Saat touring di siang terik, usahakan mengatur ritme perjalanan: 45–60 menit berkendara, lalu 10–15 menit istirahat. Hindari memakai jaket atau protector yang terlalu tebal tanpa ventilasi, dan pilih helm dengan sirkulasi udara baik.

Selain itu, perhatikan asupan cairan sejak pagi sebelum berangkat. Bawalah botol minum di motor dan minum secara berkala, bukan sekaligus dalam jumlah banyak. Jika cuaca sangat panas, hindari memaksakan perjalanan panjang di jam 11.00–15.00 saat matahari paling kuat. Yang paling penting, kenali tanda-tanda awal tubuh mulai panas berlebih dan jangan ragu berhenti sebelum kondisi memburuk.

Dengan kesadaran dan langkah pencegahan yang tepat, touring tetap bisa dinikmati tanpa mengorbankan kesehatan. Heatstroke mungkin senyap, tetapi sepenuhnya bisa dihindari jika pengendara memahami risikonya sejak awal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team