Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251014-WA0008.jpg
Empat perusahaan asal Jepang-RI teken MoU bangun fondasi investasi hijau (dok. Dassa)

Intinya sih...

  • Kerja sama empat perusahaan Jepang-RI untuk studi kelayakan penerapan Joint Crediting Mechanism (JCM) pada proyek Wetland Restoration and Conservation (WRC) di Indonesia.

  • Pembangunan fondasi investasi hijau masa depan dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan serapan karbon, dan mendukung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia dan Jepang.

  • MoU berlangsung selama enam bulan sebagai tahap awal untuk menilai potensi penerapan JCM pada proyek WRC, diharapkan menjadi tonggak dalam percepatan aksi iklim.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Empat perusahaan asal Jepang dan Indonesia meneken nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) guna melaksanakan studi kelayakan penerapan Joint Crediting Mechanism (JCM) pada proyek Wetland Restoration and Conservation (WRC) di Indonesia.

Kesepakatan antara Inpex Corporation, Sustainacraft Inc, PT Merdeka Sejahtera Persada (Dassa), dan PT Jaga Planet Indonesia ini menandai langkah penting dalam pengembangan proyek berbasis Nature-based Solutions (NbS), yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan serapan karbon.

1. Pembangunan fondasi investasi hijau masa depan

ilustrasi investasi hijau (unsplash/micheile henderson)

Kesepakatan ini juga menandai langkah penting dalam pengembangan proyek berbasis Nature-based Solutions (NbS) yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan serapan karbon, serta mendukung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia dan Jepang di bawah Perjanjian Paris.

Presiden Direktur Merdeka Sejahtera Persada, Sylviana Andhella mengatakan, kerja sama yang terjalin sekaligus membangun fondasi investasi hijau pada masa mendatang.

Saat ini, belum ada metodologi JCM yang secara spesifik mengakomodasi proyek restorasi lahan basah dan konservasi (WRC).

“Melalui kerja sama ini, para pihak akan mengembangkan metodologi baru yang selaras dengan kebijakan iklim nasional, standar Monitoring, Reporting, and Verification (MRV), serta memberikan co-benefits bagi lingkungan dan masyarakat lokal,” kata Sylviana dalam keterangan resminya, Selasa (14/10/2025).

2. Kesepakatan berlangsung selama enam bulan

ilustrasi pengurangan emisi karbon (pexels.com/Tony Mrst)

MoU ini akan berlangsung selama enam bulan sebagai tahap awal untuk menilai potensi penerapan JCM pada proyek WRC.

“Apabila studi kelayakan berhasil, langkah berikutnya adalah menyusun perjanjian definitif, termasuk mekanisme pembagian manfaat, prioritas investasi, serta peluang penjualan kredit karbon di pasar internasional,” ujar Sylviana.

3. Tonggak percepatan aksi iklim

Hutan lebat berperan besar dalam penyerapan karbon dunia (pexels.com/Pille Kirsi)

Kolaborasi lintas negara dan lintas sektor ini diharapkan menjadi tonggak dalam percepatan aksi iklim, sekaligus mendukung transisi energi bersih dan konservasi ekosistem penting di Indonesia.

"Kami membawa pengalaman lebih dari satu dekade dalam desain dan implementasi proyek karbon. Kolaborasi ini membuka peluang besar untuk membawa praktik terbaik internasional ke dalam mekanisme JCM,” kata Sylviana.

Editorial Team