RI Bidik Jumlah Pekerja di Sektor Ekonomi Hijau Tembus 5,3 Juta Orang

- Jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi hijau diperkirakan mencapai 4 juta orang atau 2,7 persen dari total tenaga kerja pada 2025
- Jumlah pekerjaan yang berpotensi menjadi hijau diproyeksikan mencapai 56 juta pada 2025 dan meningkat menjadi 72 juta pada 2029
- Ada delapan sektor prioritas dalam peta jalan itu, mulai dari energi terbarukan hingga ekonomi sirkular yang dinilai memiliki potensi besar
Jakarta, IDN Times - Jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi hijau diperkirakan mencapai 4 juta orang atau 2,7 persen dari total tenaga kerja pada 2025 ini. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat 3,4 persen, menjadi lebih dari 5,3 juta orang pada 2029. Adapun jumlah pekerjaan yang berpotensi menjadi hijau diproyeksikan mencapai 56 juta pada 2025 dan meningkat menjadi 72 juta pada 2029.
Hal itu menunjukkan mayoritas tenaga kerja Indonesia memiliki potensi besar untuk bertransformasi menjadi tenaga kerja hijau, dengan dukungan teknologi, keterampilan, dan kebijakan pemerintah yang tepat. Untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi hijau,
Kementerian PPN/Bappenas dengan dukungan kerja sama pembangunan dari Pemerintah Jerman, Australia, dan Bank Dunia meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia dalam rangka Indonesia’s Green Jobs Conference (IGJC) 2025: Turning Vision Into Action.
1. Buat capai Indonesia Emas 2045

Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard mengatakan upaya itu sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
“Visi Indonesia Emas 2045 secara jelas telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024. Ini adalah bentuk komitmen bersama seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera,” kata Febrian dikutip dari keterangan resmi, Kamis (1/5/2025).
Peta jalan tersebut dirancang sebagai panduan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi tantangan transisi menuju ekonomi hijau. Dokumen itu menjadi acuan nasional dalam menyusun regulasi, program, dan investasi SDM secara terintegrasi dan inklusif.
2. Sektor-sektor prioritas buat tenaga kerja hijau

Terdapat delapan sektor prioritas dalam peta jalan itu, mulai dari energi terbarukan hingga ekonomi sirkular yang dinilai memiliki potensi besar dalam mendukung transformasi ekonomi rendah karbon dan penciptaan pekerjaan hijau berkualitas.
Pendekatan yang digunakan dalam peta jalan berfokus pada identifikasi tugas dan kompetensi yang berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan. Hal itu memastikan pekerjaan hijau dapat dijabarkan menjadi kebutuhan keterampilan yang spesifik dan dapat dilatih secara sistematis.
Meski begitu, proses transformasi ini juga menghadapi tantangan, seperti rendahnya partisipasi perempuan, tingginya proporsi pekerjaan informal, dan kesenjangan dalam pengupahan, serta perlindungan sosial.
Untuk itu, strategi jangka pendek dan menengah yang dirancang dalam peta jalan mencakup penyesuaian sistem pelatihan dan pendidikan vokasi agar sejalan dengan kebutuhan nyata pasar kerja hijau.
3. Keterampilan pekerja Indonesia perlu ditingkatkan buat masuk sektor ekonomi hijau

Peta jalan itu merupakan hasil kerja sama Kementerian Ketenagakerjaan, kementerian/lembaga terkait lainnya, swasta, serikat pekerja, OMS, serta mitra pembangunan internasional seperti GIZ dan PROSPERA.
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor-Leste, Ina Lepel mengatakan peluncuran peta jalan itu juga menjadi bagian dari peringatan 50 tahun Kerja Sama Pembangunan Jerman di Indonesia.
“Dukungan Pemerintah Jerman merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendukung Indonesia dalam memajukan transisi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan menuju ekonomi hijau. Memajukan keterampilan tenaga kerja Indonesia menuju hijau menjadi salah satu faktor kunci,” ucap Lepel.
Kembali ke Febrian, dia mengatakan keberhasilan implementasi peta jalan bergantung pada sinergi dan kolaborasi multipihak meliputi pemerintah, swasta, akademisi, komunitas, hingga mitra pembangunan internasional.
Melalui peta jalan itu, Indonesia menegaskan transformasi menuju ekonomi hijau harus ditempuh dengan menempatkan SDM sebagai pusat perubahan untuk mencapai tenaga kerja terampil, inklusif, dan siap menghadapi masa depan.
“Saya membayangkan dan bahkan bermimpi, bahwa dalam lima tahun ke depan, ketika seseorang ditanya ‘apa pekerjaan Anda?’, jawabannya tidak hanya soal gaji, tapi juga ‘seberapa hijau pekerjaan Anda?’ Mungkin itulah impian bersama kita: pekerjaan hijau sebagai ciri peradaban baru Indonesia,” tutur Febrian.