Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250724-WA0031.jpg
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers di Kemenko Perekonomian. (IDN Times/Triyan).

Intinya sih...

  • Rincian perusahaan raksasa AS yang akan investasi di Indonesia, termasuk Oracle, ExxonMobil, Microsoft, Amazon, dan General Electric (GE).

  • Daftar 12 investasi pusat data yang sudah ada di RI, termasuk AWS, Microsoft, Equinix, hingga CloudFare.

  • Pertukaran data hanya berkaitan dengan kebutuhan transaksi komersial; finalisasi protokol keamanan tata kelola lalu lintas data pribadi lintas negara dipercepat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Kementerian Koordinatoe Bidang Perekonomian mengungkapkan lima perusahaan raksasa asal Amerika Serikat akan melakukan investasi di Indonesia. Total nilai investasinya mencapai 23,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp370,19 triliun (kurs Rp 16.300).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa perusahaan pusat data (data center) asal Amerika Serikat, Oracle, berencana menanamkan investasi di Indonesia.

Oracle merupakan perusahaan teknologi multinasional asal Amerika Serikat yang dikenal luas melalui produk dan layanan di bidang basis data (database), komputasi awan (cloud computing), serta perangkat lunak untuk perusahaan.

“Oracle saat ini sedang dalam pembicaraan untuk pengembangan di Batam. Saat ini mereka melakukan kolokasi bersama DayOne, namun mereka berencana melakukan ekspansi dengan mereplikasi fasilitas mereka yang ada di Johor, Malaysia. Target investasinya bisa mencapai 6 miliar dolar AS,” tegas Airlangga, dikutip Jumat (25/7/2025).

1. Rincian perusahaan yang akan investasi di Indonesia

Ilustrasi investasi (freepik.com)

Selain Oracle, ada juga rencana investasi dari ExxonMobil, untuk pembangunan fasilitas CCS senilai 10 miliar dolar AS. Kemudian Microsoft, pembangunan infrastruktur cloud dan AI senilai 1,7 miliar dolsr AS selama beberapa tahun ke depan.

Selanjutnya, Amazon, rencana memperkuat pengembangan AI dan cloud di Indonesia senilai 5 miliar dolar AS dan General Electric (GE), tahun ini, GE Healthcare membangun fasilitas produksi CT scanner pertama di Indonesia senilai Rp178 miliar.

2. Daftar 12 investasi pusat data yang sudah ada di RI

ilustrasi investasi (unsplash.com/@towfiqu999999)

Di samping itu, ia menjelaskan saat ini terdapat 12 perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang membangun pusat data (data center) di Indonesia. Hal ini diungkapkan di tengah isu pertukaran data antara pemerintah Indonesia dan AS.

"Sudah 12 perusahaan Amerika Serikat mendirikan data center di Indonesia. Jadi artinya mereka juga sudah comply dengan regulasi yang diminta oleh Indonesia,” ungkap Airlangga.

Beberapa perusahaan yang dimaksud yaitu Microsoft, Equinix, hingga Amazon Web Services (AWS).

  1. AWS di Jawa Barat (infrastruktur fisik)

  2. Microsoft di Jawa Barat (infrastruktur fisik)

  3. Equinix di Jakarta (infrastruktur fisik) tersedia untuk kolokasi;

  4. EdgeConneX di Jawa Barat (Infrastruktur fisik)

  5. Oracle di Batam (dalam perencanaan), kolokasi dengan DayOne

  6. Digital Realty di Jakarta, kolokasi dengan Bersama Digital Infrastructure Asia (BDIA)

  7. Google Cloud di Jakarta, kolokasi dengan Data Center Indonesia (DCI)

  8. WowRack di Jakarta, Surabaya (infrastruktur fisik)

  9. Akamai di Jakarta (infrastruktur fisik)

  10. CloudFare di Jakarta, Denpasar, Yogyakarta (infrastruktur fisik)

  11. Braze di Jakarta (infrastruktur fisik), kerja sama dengan AWS;

  12. Anaplan Unlimited di Jakarta (infrastruktur fisik), kerja sama dengan AWS.

3. Pertukaran data hanya berkaitan dengan kebutuhan transaksi komersial

ilustrasi seorang hacker (https://unsplash.com/@kommumikation)

Airlangga menegaskan hingga saat ini pertukaran data pribadi masih terbatas pada kebutuhan transaksi komersial. Ia mencontohkan, masyarakat secara sukarela memberikan data saat menggunakan layanan penyelenggara sistem elektronik (PSE) asal AS, seperti Google dan Bing.

“Sebenarnya, data itu diisi oleh masyarakat sendiri ketika mereka mengakses layanan tertentu. Tidak ada pertukaran data secara government to government (G2G). Yang diatur adalah bagaimana perusahaan bisa mendapatkan persetujuan (consent) dari masing-masing individu,” jelas Airlangga.

4. Finalisasi protokol keamanan tata kelola lalu lintas data pribadi lintas negara dipercepat

ilustrasi hacker (Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan pihaknya dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyusun sebuah protokol bersama yang mengatur tata kelola lalu lintas data pribadi lintas negara (cross-border personal data flow).

Finalisasi protokol ini bertujuan untuk memastikan adanya pijakan hukum yang sah, aman, dan terukur, sehingga tata kelola data pribadi antarnegara dapat dilakukan dengan prinsip kehati-hatian serta menjamin perlindungan terhadap data warga negara Indonesia.

Protokol ini akan menjadi dasar hukum yang kuat dalam menjaga keamanan dan privasi data pribadi masyarakat Indonesia, khususnya saat mereka mengakses atau memanfaatkan layanan digital lintas negara (cross-border services), termasuk dari perusahaan-perusahaan asing.

Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah berkomitmen untuk memastikan data masyarakat Indonesia yang dikelola oleh perusahaan PSE asal AS tetap berada dalam pengawasan otoritas nasional.

“Pemerintah memastikan bahwa pengelolaan data dilakukan dalam kerangka yang aman, berdasarkan prinsip kehati-hatian dan sesuai dengan hukum nasional mengenai perlindungan data pribadi,” jelasnya.

Editorial Team