Ilustrasi laki-laki membaca laporan (pexel.com/Michael Burrows)
Salah satu hal yang sering bikin calon franchisee kewalahan adalah kontrak kerja sama yang sangat detail dan panjang. Biasanya kontrak mencakup banyak aturan, mulai dari kewajiban membeli bahan baku hanya dari pusat, pembayaran biaya royalti rutin, hingga aturan ketat terkait desain interior dan standar pelayanan.
Kalau tidak dibaca dengan teliti, ada pasal-pasal yang bisa jadi beban keuangan di kemudian hari. Misalnya, biaya pembaruan kontrak yang mahal, penalti jika terjadi keterlambatan pembayaran, atau larangan menjual produk di luar ketentuan pemilik franchise. Hal-hal kecil yang terlewat bisa menimbulkan masalah besar setelah usaha berjalan.
Masalah lain, kontrak franchise umumnya mengikat dalam jangka waktu lama, bisa 5 sampai 10 tahun. Artinya, selama periode itu kamu harus patuh penuh pada semua aturan yang ditetapkan, bahkan jika kondisi pasar berubah atau bisnismu mengalami penurunan.
Jika ingin keluar lebih cepat, biasanya ada penalti dengan nominal besar. Situasi ini bisa membuat kamu serba salah, tetap bertahan meskipun rugi, atau berhenti dengan konsekuensi finansial yang berat. Karena itu, sebelum menandatangani kontrak, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli hukum atau orang yang sudah berpengalaman agar tidak terjebak di dalam perjanjian yang justru merugikan.
Franchise memang bisa jadi jalan cepat untuk masuk ke dunia bisnis, tapi bukan berarti tanpa risiko. Ada banyak faktor yang perlu kamu perhatikan, mulai dari biaya, aturan, sampai dampak jangka panjang. Jadi, sebelum memutuskan ambil franchise, pastikan kamu sudah riset mendalam dan nggak cuma ikut-ikutan tren. Ingat, keputusan bisnis harus diambil dengan matang biar nggak berujung penyesalan.