Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ekonomi global (Pixabay)

Intinya sih...

  • Bank Indonesia proyeksikan pertumbuhan ekonomi global 3,2% tahun ini.
  • Kebijakan tarif impor AS berdampak pada ekonomi Eropa, Jepang, India, dan China.

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya akan berada di level 3,2 persen (year on year/yoy). Kinerja ekonomi global masih dibayangi oleh meningkatnya ketidakpastian global imbas dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang meluas. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan tarif impor AS bakal berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di tengah meningkatnya pemberian insentif fiskal, sementara laju penurunan inflasi tidak secepat yang diperkirakan.

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diprakirakan sebesar 3,2 persen," ucap Perry dalam Konferensi Pers RDG BI, Rabu (19/3/2025). 

1. Ekonomi Eropa, Jepang, dan India terkena dampak kebijakan tarif impor AS

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurutnya, ekonomi Eropa, Jepang, dan India akan terkena dampak rambatan dari kebijakan tarif impor AS di tengah permintaan domestik yang belum meningkat akibat keyakinan usaha yang rendah dan ekspor yang melambat. 

Sementara itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi China sebagai akibat kebijakan tarif impor AS tertahan dengan kebijakan pelebaran defisit fiskal 2025 dari yang ditargetkan.

2. Aliran modal global bergeser ke komoditas emas dan obligasi

ilustrasi emas (pexels.com/Michael Steinberg)

Dengan ketidakpastian masih berlanjut yang diwarnai oleh penurunan yield US Treasury dan melemahnya indeks mata uang dolar AS (DXY) di tengah ketidakpastian penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR).

Aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS bergeser sebagian ke komoditas emas dan obligasi di negara maju dan negara berkembang. Sementara itu, portofolio investasi saham masih terkonsentrasi ke negara maju kecuali AS, dan belum masuk ke negara emerging market (EM).

"Tetap tingginya ketidakpastian global tersebut memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik," tuturnya. 

3. BI akan terus pererat sinergi kebijakan dengan KSSK

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2024. (Dok/Istimewa).

Dengan berbagai perkembangan yang terjadi, Perry berjanji untuk mempererat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

BI juga memperkuat dan memperluas kerja sama internasional di area kebanksentralan, termasuk konektivitas sistem pembayaran dan transaksi menggunakan mata uang lokal, serta memfasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.

Editorial Team