ilustrasi IHSG (IDN Times/Muhammad Surya)
David menyebutkan ada dua sentimen global dan satu sentimen domestik yang menjadi pemicu pelemahan IHSG pekan lalu, dari global ada sentimen harga emas dan kebijakan tarif Presiden Amerikan Serikat (AS) Donald Trump.
David menjelaskan, harga emas telah melonjak melewati 3.200 dolar AS per ons didorong melemahnya dolar AS dan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah volatilitas pasar, dan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung. Investor beralih ke emas sebagai lindung nilai terhadap potensi penurunan ekonomi dan fluktuasi mata uang.
Sementara itu terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, pemerintah AS kembali memberlakukan tarif impor tinggi, termasuk tarif sebesar 145 persen terhadap produk dari China. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
“Dampaknya terasa di berbagai pasar saham dunia, termasuk Indonesia, di mana IHSG mengalami penurunan tajam hingga 7,9 persen pada 8 April 2025,” kata David.
Adapun dari domestik, David menyebutkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait dampak tarif AS terhadap ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan 0,3 hingga 0,5 poin persentase.
Namun, dengan adanya penundaan selama 90 hari, pemerintah berencana melakukan deregulasi, pemotongan pajak, dan pelonggaran kebijakan impor, guna mengurangi dampak negatif tersebut. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menarik kembali minat investor.