ilustrasi antrean di bandara (pexels.com/Connor Danylenko)
Penghentian penerbangan berdampak pada sekitar 130 ribu penumpang setiap hari, termasuk 25 ribu warga Kanada yang terjebak di luar negeri. Hingga Jumat malam, 623 penerbangan dibatalkan dan seluruh jadwal Sabtu dihapus. Air Canada menawarkan pengembalian dana penuh serta upaya pemesanan ulang melalui situs web dan aplikasi, meski kapasitas maskapai lain terbatas.
Alex Laroche, warga Montreal berusia 21 tahun, menjadi salah satu penumpang yang terkena imbas. Ia dan pacarnya sudah menabung sejak Natal untuk liburan Eropa senilai 8 ribu dolar Kanada (setara Rp93,5 juta).
“Saat ini, ini hanya permainan menunggu,” kata Laroche.
Ia kemudian mengaku memahami alasan mogok setelah mengetahui isu gaji, dengan menyebut, Gaji mereka hampir tidak cukup untuk hidup.
Kisah serupa dialami Judith Djaha, penumpang asal Kamerun, yang mendapati penerbangannya ke Brussels dibatalkan ketika tiba di Bandara Toronto Pearson. Ia mengaku kesulitan mengatur ulang perjalanan lanjutan ke Kamerun karena pemesanan dilakukan melalui agen.
Sementara itu, sekitar 300 penerbangan regional dengan pesawat baling-baling kecil masih beroperasi melalui mitra maskapai. COO Air Canada, Mark Nasr, memperkirakan butuh waktu hingga seminggu untuk kembali normal setelah kesepakatan dicapai. Gomez menilai mogok ini tidak akan berlangsung lama, menyebutnya hampir seperti permainan catur antara maskapai dan pramugari.
Di sisi lain, jajak pendapat Angus Reid Institute menunjukkan mayoritas warga Kanada mendukung kompensasi penuh untuk tugas darat pramugari. Business Council of Canada memperingatkan aksi ini bisa memperparah tekanan ekonomi akibat perang dagang Presiden AS, Donald Trump, terutama di sektor otomotif, aluminium, dan baja.