Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Intinya sih...

  • Implementasi QRIS kini digunakan jutaan pelaku usaha, termasuk UMKM.

  • Namun, ada tantangan dan potensi risiko siber yang harus diwaspadai

  • Kontribusi ekonomi digital terhadap PDB diproyeksi naik hingga 19,6 persen

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memproyeksi nilai ekonomi digital Indonesia akan menyentuh 400 miliar dolar AS atau sekitar Rp8.300 triliun (kurs Rp16.600 per dolar AS) pada lima tahun mendatang. Proyeksi ini bahkan meningkat hingga 344,44 persen dari posisi saat ini, sebesar 90 miliar dolar AS.

"Angka ini membuktikan bahwa ekonomi digital Indonesia telah menjadi salah satu yang terbesar di kawasan ASEAN saat ini," ujar Airlangga dalam Festival Ekonomi Digital Indonesia (FEKDI) dan IFSE 2025, Kamis (30/10/2025).

1. Faktor pendorong pertumbuhan digitalisasi ekonomi di Indonesia

Ilustrasi e-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Airlangga menjelaskan salah satu faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan digitalisasi ekonomi di Indonesia, adalah sektor keuangan digital, khususnya melalui pemerataan elektronifikasi sistem pembayaran di berbagai sektor, termasuk dalam program-program pemerintah seperti penyaluran bantuan sosial.

"Setiap keluarga Indonesia tentunya perlu memiliki inklusi keuangan, agar penyaluran berbagai program pemerintah, seperti bantuan sosial, dapat lebih tepat sasaran dan efisien," kata dia.

Salah satu terobosan besar di sektor keuangan digital adalah implementasi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang telah digunakan jutaan pelaku usaha, termasuk warung kecil di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), saat ini sudah ada sekitar 56 juta pengguna QRIS, dengan 93 persen pengguna berasal dari pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM), yang semakin memperkuat digitalisasi sektor ekonomi Indonesia secara merata.

"(Data ini) menunjukkan digitalisasi telah tumbuh secara organik di seluruh Indonesia," ujarnya.

2. Ada tantangan dan potensi risiko siber yang harus diwaspadai

ilustrasi belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Meskipun Indonesia memiliki peluang besar untuk terus mengembangkan ekonomi digital, ada tantangan yang perlu dihadapi, khususnya dalam hal keamanan sistem pembayaran dan literasi digital. Semakin berkembangnya ekosistem digital, semakin besar pula tantangan terkait dengan potensi risiko seperti penipuan daring dan serangan siber.

"Yaitu bagaimana memastikan keamanan sistem pembayaran meningkatkan literasi digital masyarakat, dan membangun kepercayaan agar inovasi keuangan digital tumbuh secara berkelanjutan," tegasnya.

3. Kontribusi ekonomi digital terhadap PDB diproyeksi naik hingga 19,6 persen

Ilustrasi Tantangan Struktural Dunia E-commerce (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Sebagai bagian dari visi jangka panjang, Indonesia menargetkan kontribusi sektor ekonomi digital terhadap PDB negara akan meningkat signifikan. Pada 2045, kontribusi ini diproyeksikan akan meningkat hingga 9 kali lipat, mencapai sekitar 15,5 persen hingga 19,6 persen dari total PDB Indonesia.

"Ekonomi digital adalah masa depan Indonesia. Dengan kebijakan yang tepat dan strategi yang terencana, Indonesia bisa menjadi pemimpin di kawasan ini, memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, dan meningkatkan daya saing global," kata Airlangga.

Untuk memastikan pencapaian ini, pemerintah Indonesia telah menerbitkan Buku Putih Strategi Nasional Ekonomi Digital. Buku putih ini bertujuan untuk menjadi pedoman dalam mengembangkan ekosistem digital yang terarah, berkelanjutan, dan inklusif, memastikan semua sektor, dari UMKM hingga perusahaan besar, dapat merasakan manfaat dari transformasi digital ini.

Editorial Team