Jakarta, IDN Times – Joe Biden telah dilantik sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat (AS) pada Rabu (20/1/2021), menggantikan Donald Trump yang kalah suara pada pemilihan umum November. Ini berarti banyak kebijakan baru yang akan diluncurkan di bawah Biden, yang berbeda dari Trump dulu.
Hal tersebut juga akan dirasakan oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Bank dipastikan tidak akan lagi mendapat kritik pedas lewat Twitter ketika menurunkan suku bunga. Para pejabat bank juga tidak akan lagi disebut “gila” jika memutuskan kebijakan yang tidak sesuai keinginan presiden. Ini tentu merupakan hal baik.
Namun demikian, bank dipastikan akan tetap harus menghadapi serangkaian masalah di bawah pemerintahan baru. Masalah itu termasuk menghadapi dampak ekonomi yang dibawa pandemik COVID-19, harus merumuskan kebijakan ekonomi yang lebih inklusif dan menyelesaikan berbagai masalah sosial, seperti kesetaraan ras dan perubahan iklim.
“The Fed dapat sedikit bersantai sejauh harus berurusan dengan tweet yang tidak menyenangkan dan tidak menarik,” kata George Selgin, rekan senior dan direktur Pusat Moneter dan Alternatif Keuangan di Cato Institute. “Saya yakin kita akan melihat hubungan yang lebih ramah antara pejabat Fed dan pemerintah, terutama presiden.”
“Itu jelas. Namun, harus dikatakan bahwa itu tidak berarti The Fed tidak akan menghadapi berbagai jenis tekanan dari pemerintah untuk mengubah orientasi kebijakannya,” kata Selgin.