TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perang Dagang Kian Panas, Modal Asing Masuk Capai Rp179,6 Triliun

Cermin investor masih percaya kondisi ekonomi Indonesia

Donald Trump naik ke Air Force One di Pangkalan Gabungan Andrews, Amerika Serikat, pada 2 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

Jakarta, IDN Times - Di tengah meningkatnya ketidakpastian global karena eskalasi perang dagang, Bank Indonesia mencatat aliran modal asing masuk ke Indonesia mencapai Rp179,6 triliun sejak awal 2019 hingga 8 Agustus.

"Itu memperlihatkan kepercayaan investor pada ekonomi Indonesia baik prospeknya, stabilitasnya, maupun kebijakan-kebijakan yang ditempuh BI, pemerintah, dan OJK masih cukup baik," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo seperti yang dikutip melalui kantor berita Antara.

Selanjutnya, ia merinci aliran modal asing tersebut terdiri atas Rp113,7 triliun yang diserap pemerintah melalui surat berharga negara dan Rp65,9 triliun masuk ke pasar saham.

Baca Juga: Sistem Keuangan Terjaga, Menkeu: Ada Potensi Risiko Perang Dagang 

1. Ketidakpastian global sempat menekan keuangan

IDN Times / Auriga Agustina

Sejatinya, peningkatan ketidakpastian risiko global karena perang dagang, memang sempat menekan pasar keuangan domesik. Misalnya, di pasar saham sempat terjadi arus modal keluar karena investor berpindah untuk memburu aset keuangan di negara yang paling minim risiko.

"Itu biasa terjadi karena investor ada yang keluar masuk. Tapi investor menengah panjang tetap memberikan modal asing masuk ke Indonesia," ujarnya.

Keluarnya modal asing pada waktu itu terjadi, ketika Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menaikkan tarif impor sebesar 10 persen untuk komoditas impor asal Tiongkok sebesar 300 miliar dolar AS. Hal itu kemudian dibalas Tiongkok dengan penghentian produk pertanian dari AS serta kebijakan yang dituding AS sebagai manipulasi kurs mata uang Yuan.

2. Premi Risiki, CDS tenor lima tahun meningkat sejak Agustus

IDN Times/Auriga Agustina

Kendati begitu, tekanan ketidakpastian global menyebabkan premi risiko--yang diukur dengan credit default swap (CDS)--untuk tenor lima tahun di Indonesia sebesar 90,8 basis poin. Angka itu sedikit meningkat sejak awal Agustus 2019.

"Memang sedikit meningkat empat basis poin dari posisi sebelumnya di awal Agustus 2019. Secara keseluruhan CDS tersebut relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara ekonomi yang sepadan (peer)," ujar Perry.

Baca Juga: Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata Uang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya