TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sri Mulyani Buka-bukan Soal Pertumbuhan Ekonomi Melambat di Kuartal-I

Konsumsi rumah tangga diperkirakan makin parah di kuartal II

Menteri Keuangan Sri Mulyani. IDN Times/Shemi

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,97 persen pada kuartal I-2020, sangat jauh dibandingkan realisasi kuartal I-2019 yang sebesar 5,07 persen. Angka ini juga jauh dari prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang sempat menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal-I bisa tumbuh 4,5 persen hingga 4,7 persen.

"Karena konsumsi jatuh sekali. Dari transportasi drop. Walaupun hanya bulan Maret tapi jatuhnya lebih dalam,” katanya saat melakukan Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR. 

Baca Juga: BI Proyeksikan Ekonomi RI di Kuartal II 2020 Anjlok ke 0,4 Persen

1. Pemerintah akan mengantisipasi penurunan lebih dalam

Dampak COVID-19 bagi perekonomian Indonesia berdasarkan data Kementerian Keuangan RI. IDN Times/Arief Rahmat

Oleh sebab itu, menurutnya, pemerintah akan mengantisipasi penurunan lebih dalam terhadap konsumsi rumah tangga. Dia mengatakan dampak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan semakin luas ke perekonomian, apalagi PSBB akan melebar ke beberapa daerah.

"Dampaknya berat banget, di growth akan dalam di kuartal kedua. Makanya tadi Presiden fokusnya ke situ, bagaimana mengurangi dampak," ujarnya.

2. Melambatnya konsumsi rumah tangga menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi mandek

Ilustrasi perekonomian Indonesia diserang virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik melaporkan komponen pengeluaran pertumbuhan ekonomi melambat seiring dengan pelemahan daya beli. Hal ini tercermin dari konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 2,84 persen, melambat dibanding kuartal IV yang sebesar 5,02 persen.

Konsumsi rumah tangga menopang lebih dari 50 PDB, sehingga kinerja konsumsi memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 3 Persen, Jokowi: Negara Lain Lebih Parah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya